1.Stand
Up Comedian. Gile… orang ngelucu sendirian di depan banyak orang. Keren!
2.Pak
Boediono. Ada yang gak kenal beliau? Yap, beliau adalah wakil presiden
Indonesia dan banyak yang gak tau beliau. Keren!
3.Backpacker.
Jalan-jalan ke berbagai pulau/kota dan kadang dengan dana minim. Kurang keren
apa?
Dari
dulu keinginan gue adalah melakukan perjalanan ke kota-kota yang ada di
Indonesia. Selain menambah pengalaman juga pasti bakal banyak hal unik untuk
diceritakan. Sayangnya keinginan ini sering kali terbentur dengan berbagai
alasan klise kayak gak ada uang, gak ada waktu atau gak ada temen bepergian.
Untungnya, liburan semester kemaren gue mendapatkan kesempatan itu. Libur 2
bulan, ada duit, ada kakak gue juga yang siap menemani.
Kalo
kalian baca di postingan sebelum-sebelumnya soal perjalanan gue (bisa baca di PART.1,
PART.2 dan PART.3), bisa dibilang gue asal pergi aja tanpa tujuan. Karena
katanya perjalanan yang seru adalah perjalanan yang tidak direncanakan.
Berbekal kalimat itulah gue jalan-jalan tanpa tujuan. Tapi, sepertinya Tuhan
emang tidak memberikan skill kepada gue dan kakak untuk travelling secara seru
karena sifat kami yang bertolak belakang.
Yoga.
Terlalu
khawatir dan cemas saat akan melakukan perjalanan adalah sifat jelek gue.
Misalnya aja pas di Bandara, gue mau ke Surabaya. Gue sering bayangin kalo gue salah
naik pesawat dan malah terdampar di sumatera, kemudian dijadiin TKI ke malaysia.
Atau misalnya pas di pesawat gue duduk
di sebelah cewek, eh taunya dia berjakun terus suaranya ngebass. Udah gitu gue
salah naik pesawat, gue terdampar sama bencong, dijadiin TKW.
Tapi,
gue juga punya sifat yang bagus untuk melakukan perjalanan. Gue adalah orang
yang berusaha selalu tepat waktu. Kalo janjian jam 8, lama perjalanan sekitar
30 menit, gue lebih milih pergi jam 7.20, bukan 7.30 ataupun 7.59, karena gue
gak ingin orang lain membuang waktunya Cuma buat nunggu gue. Andai ada 100 juta
orang yang punya sifat kayak gue, Indonesia pasti bebas dari predikatnya
sebagai jam karet.
Tapi,
karena sifat gue inilah beberapa kali kita berdua selama di perjalanan membuang
waktu untuk menunggu. Saat akan ke Malang, karena tiket kereta pukul 7.10 pagi,
gue yang mengusulkan buat nelpon taksi jam 5.30.
Perkiraan gue:
-perjalanan
taksi ke rumah 40 menit. Jam 6.10 dia sampai.
-perjalanan
dari rumah ke stasiun 40 menit kalo gak macet. Jam 6.50 atau 7.00 sampai.
-Gak
kelamaan nunggu.
Kenyataan:
-taksi
sampai rumah jam 5.50
-sampai
stasiun 6.20
-kita
nunggu lama di stasiun.
Pas
balik dari Malang ke Surabaya hal ini terjadi lagi. Tiket kereta jam 9.00 pagi.
Kita sepakat pergi dari kost jam 7.30.
Perkiraan gue:
-jalan
kaki ke terminal angkot biar hemat ongkos itu 20 menit. 7.50 sampai terminal.
-Nyari
angkot atau nunggu angkotnya penuh dulu baru jalan itu sekitar 20 menit. 8.10
baru berangkat.
-perjalanan
ke stasiun dari terminal sekitar 30 menit, belum naik-turunin penumpang. 8.50
sampai stasiun, gak kelamaan nunggu lagi.
Kenyataan:
Awalnya
sesuai dengan perkiraan gue. Mulai dari jalan kaki hingga naik angkot. Itu
semua berubah ketika angkot yang gue naikin langsung jalan, gak nyari
penumpang. Sampai stasiun: jam 8.20. Nunggu lama… lagi.
Tiap
kali kakak gue protes ke gue karena perkiraan waktu gue yang selalu salah, gue
selalu berkilah, “lebih baik duluan daripada telat, apalagi telatnya sampai 3
bulan. Bahaya!”
Ryan.
Ryan
adalah kakak gue. Bukan, dia bukan Ryan jombang yang unyu itu. Kalo gue punya
sifat yang lebih milih kecepetan daripada telat, dia sebaliknya. Dia selalu
mem-pas-kan waktu sesuai dengan perkiraannya dia tanpa takut ada hambatan yang
bisa aja bikin perjalanan jadi ngaret. Misalnya janjian jam 8, perjalanan
memakan waktu 30 menit, maka dia akan pergi jam 7.40. Bener-bener di-pas-in.
Mungkin sifat orang Indonesia yang suka telat udah mendarah daging pada
dirinya.
Selain
itu, setiap jalan dia gak punya sifat khawatir yang berlebihan kayak gue. Dia
gak khawatir soal kemungkinan yang terjadi saat melakukan perjalanan yang gak
ada tujuannya, kayak kecopetan, kehabisan pulsa, nyasar dan dikirim jadi TKI.
Mungkin setiap menemui masalah, dia memegang teguh lirik lagunya Maher Zein.
“Insya Allaaaah… ada jalaaaaannnn~”
Sifat
jeleknya inilah yang beberapa kali membuat gue gregetan. Pas ke alun-alun kota Batu
contohnya. Kita pergi ke sana saat malam hari karena katanya, lebih bagus dan
rame pas malem. Saat sore harinya dia ngajak ke sana, sifat over khawatir gue
muncul,
“Yakin
malam-malam ke sana? Ntar gimana kalo gak ada angkot buat pulang??”
“Adalah!
Malang kota besar, pasti ada angkot biar malam!” Ucap kakak gue penuh keyakinan.
“Misalnya
berangkat jam 7, perjalanan ke sana 30 menit, pulang-pergi jadi sejam. Okedeh,
jam setengah 9 kita pulang dari Batu. Jadi jam 9 sampai kost.” Giliran sifat
perkiraan waktu gue yang muncul.
“Oke.”
Kita
berdua pun berangkat sesuai perkiraan waktu gue. Di tengah jalan tiba-tiba
gerimis. Perasaan gue mulai gak enak, takut sampai sana malah hujan deras. Dan
sepertinya semesta mengabulkan perasaan gak enak gue. Sampai di alun-alun kota Batu,
hujan deres. Di Batu yang gak hujan aja dingin, apalagi hujan? Brrrr…
Kita
pun masuk ke foodcourt gak jauh dari alun-alun kota Batu biar gak mati
kedinginan, siapa tau juga ketemu cewek cakep yang nyediain jasa peluk gratis.
Sayang, semesta tak mengabulkan imajinasi liar gue. Setelah badan udah lumayan
hangat dan terisi, hujan mulai berhenti. Kita berdua keliling alun-alun kota Batu.
Ternyata alun-alun kota Batu itu mirip dengan yang namanya Taman Bekapai di
Balikpapan. Bedanya, di taman bekapai gak ada biang lalanya. Terus alun-alun
kota Batu itu tempat ABG pacaran. Taman bekapai tempat bencong mangkal. Oiya,
cewek-cewek di kota Batu cantik-cantik!
Belum
puas keliling, hujan kembali turun, kali ini makin deras. Kita berdua mutusin
untuk segera pulang karena jam udah hampr menunjukkan pukul 8.30. dan di
sinilah semesta kembali mengabulkan pikiran jelek gue. Kita gak dapet angkot.
Gak
ada satu pun angkot yang lewat di sekitar alun-alun kota Batu, hujan pun makin
deras. Kita berdua udah kayak actor film india yang hobi hujan-hujanan Cuma
buat nunggu seonggok angkot doang. Satu jam lebih kita berdua keliling buat
nyari angkot yang lewat. Udah hampir jam 9.30 dan keadaan kita udah basah
kuyub. Gak ada angkot lewat. Gue udah mulai mikir “Tidur di emperan toko mana
nih?”
Kita
berdua mulai nyerah.
“Apa
kubilang, gak dapet angkot kan?!” Gue mulai emosi.
“Loh,
ini baru perjalanan seru!”
“SERU
SIMBAHMUUUU!!!”
Gak
lama ada angkot lewat, tapi pintunya ditutup dan doi ngebut. Kita segera paksa untuk berenti.
“Pak,
ke Malang?”
“Waduh
mas, ini ke Songgoroti.”
FYI, Songgoroti itu sananya kota Batu.
Bukannya pulang, kita malah makin jauh kalo naik angkot ini, belum tentu juga
di sana ada emperan toko buat ditidurin.
“Bisa
antarin kita gak, Pak? Kita udah sejam lebih gak dapet angkot gak bisa pulang…”
gue mulai acting sedih biar dramatis.
“Gak
bisa, mas.”
“Kalo
angkot ke Landung sari biasa lewat mana ya, Pak? Nunggunya di mana?” Tanya
kakak gue.
“Biasanya
di situ,” si supir angkot nunjuk sebrang jalan, “Tapi… kalo jam segini udah gak
ada yang lewat, mas. Saya aja ini sudah mau pulang ke rumah.”
Bumi
berguncang, petir bersahutan, dajjal keluar dari perut bumi. Perkataan sang
supir bikin gue mulai putus asa dan berniat tidur di emperan toko beneran.
“Naik
taksi aja, mas kalo angkotnya gak lewat-lewat.” Si supir pun perlahan
meninggalkan kita berdua di bawah guyuran hujan.
Nunggu
taksi lewat juga sama kayak nunggu angkot. Mungkin karena faktor hujan juga
yang bikin gak ada taksi atau pun angkot lewat. Semuanya milih segera pulang
dan meluk istri masing-masing. Gak ada yang peduli sama orang yang terancam gak
bisa pulang kayak gue.
“Yoy!
Taksi!!” tunjuk kakak gue.
Mata
elang gue segera melihat arah yang ditunjuk. “IYA!! TAKSI!!!” Kita berdua
segera lari ke arah taksi sambil diiringi lagunya maher zein.
INSYA
ALLAAAAHHH… ADA… JA…LAAAAAANNN~
Gak
cuma sekali sifat kakak gue ini membawa kita berdua dalam keadaan chaos. Kalo
di kota Batu gue masih bisa maklum kita gak dapet angkot kemungkinan karena faktor
cuaca. Saat mau ke Bandara Juanda, untuk pulang ke Balikpapan lebih chaos lagi
kejadiannya.
Pesawat
yang ke Balikpapan akan take off jam 14.20. Tiket sudah dipesan jauh-jauh hari
sewaktu gue masih di Malang. Bokap yang punya ‘koneksi’ dengan orang dalam Bandara
pasti gampang dapet tiket. Tiket pun sudah di-check in-in oleh kenalan bokap.
Jadi rencananya, kita bakal ketemuan di Bandara jam 13.00 untuk ngambil tiket
sekaligus ngasih duit ke beliau.
Seperti
biasa, gue selalu memperkirakan waktu agar gak telat. Perjalanan ke Bandara 30
menit, Bandara kan luas ya? pasti susah nyari kenalannya bokap, 30 menit paling
lama. Agar tepat ketemuan jam 13.00, gue merencanakan agar kita siap-siap dan
mesan taksi jam 11.30. jadi, jam 12.00 berangkat, 12.30 sampai Bandara, 13.00
ketemu kenalan bokap dan ambil tiketnya.
Tapi
kakak gue inget kejadian kelamaan nunggu yang sering terjadi ketika gue yang
menyusun rencana. Dia menyarankan agar jam 12.00 aja nelpon taksi karena jam
segitu juga udah masuk waktunya solat zuhur, biar aman di perjalanan. Jadi,
12.30 berangkat dari rumah. 13.00 sampai Bandara, paling banter 13.30 ketemu
kenalan bokap. Gak perlu khawatir antri lama juga karena kita bakal diantar
sama ‘orang dalam’ Bandara.
Gue
pun setuju dengan rencana kakak gue. Lebih-lebih karena sifat over khawatir gue
muncul, “Ntar pesawat yang kita naikin tiba-tiba bannya bocor pas mau take off,
mending solat dulu sebelum pergi.”
Jam 12.00 taksi langganan pun ditelpon.
Mereka bilang “tunggu sebentar, Pak!”
Jam 12.15 taksi belum muncul juga, gue mulai
gelisah. Saat itu ada telpon masuk dari nomer hape gak dikenal yang masuk ke
hape kakak gue.
“Halo?”
“….”
“Haloooo…
dengan siapa ini?”
“….”
Telpon
ditutup.
Jam 12.25 gue mulai khawatir gak dapet taksi.
Jam. 12.40 gue bener-bener emosi nunggu taksi,
“Coba telpon lagi, udah setengah jam kok gak datang-datang taksinya?”
Kakak
gue pun nelpon ke nomer telpon perusahaan taksi tadi,
“Halo…
Maaf, Pak. Ini Ryan yang tadi mesan taksi. Kok setengah jam lebih gak
datang-datang ya taksinya? Saya buru-buru mau ke Bandara, Pak.”
“Maaf,
Pak. Kan sudah saya telpon tadi ngasitau kalo tidak ada armada kami yang dekat
dengan daerah rumah bapak.”
“KAPAN
NELPONNYA?!!”
“Tadi
saya telpon pake nomer hape, tidak bapak angkat…”
“LO
YANG GAK JAWAB, KAMPRET!!”
Telpon
dimatikan. Kita berdua emosi, khawatir, panik bercampur jadi satu. Kita gak tau
nomer telpon taksi lain. Gue segera buka google dan searching dengan keyword,
“nomer telepon bispak taksi Surabaya”. Muncul beberapa nama taksi
beserta nomer telponnya. Gold taxi, Silver taxi, Orenz Taxi. Bahkan nomer
telepon taksi yang pertama ditelpon juga ada. Gak bakal salah nih.
Gue
kasih salah satu nomer telpon taxi.
“Halo,
gold taxi?” Tanya kakak gue mastikan.
“Bukan,
Pak. Ini Silver taxi.”
“Oh
maaf, mbak.”
“….”
“Mau
pesan taxi, bisa?”
Setelah
ngasitau alamat rumah, katanya kita bakal ditelpon 5 menit lagi untuk mastiin
ada taksi yang bisa jemput atau enggak. 5 menit saat itu bagi gue lama banget.
Begitu dapet telpon dari silver taxi, rasanya seneng banget. Kayak dapet telpon
dari gebetan. Telpon segera diangkat oleh kakak gue,
“Halo,
gimana, mbak? Ada taksinya???”
“Maaf,
Pak. Armada kami tidak ada yang dekat dengan daerah rumah bapak.”
Begitu
denger jawaban si silver taxi, rasanya kayak ditolak gebetan. Pedih!
Udah
jam 13.00 dan kita masih di rumah.
Kita mutusin untuk nyari ojek di luar. Nyari ojek di luar komplek perumahan
rumah kakak gue itu kayak nyari upil di tumpukan jerami. Susah! perumahan rumah
kakak gue itu lumayan terpencil, jadi Jarak perumahan dengan jalan raya itu
jauh, apalagi jalan kaki.
Sambil
jalan kaki, kita nelponin nomer taksi lain, hasilnya sama. Nihil.
“Apa
kubilang! Coba kita pesan taksi dari jam setengah 12. Pasti gak gini!” gue
emosi.
Jalan
kaki menuju jalan raya, belum tentu juga ketemu taksi. Jam sudah menunjukkan pukul
13.15. Tiket udah di-check in-in.
gue berharap segera dapet taksi atau ojek atau apalah yang bisa ngantar ke Bandara.
Duit tiket 1,5 juta mulai terbayang menguap secara percuma. Semesta kembali
mengabulkan imajinasi gue, ada taksi lewat. Dapet taksi di saat genting kayak gitu, bawaannya pengen lakuin selebrasi.
Kampret
ya?
Jam 13.45 kita sampai Bandara dan langsung
ketemu sama kenalannya bokap. Di antar sampai waiting room dan bayar uang
tiket. Balikpapan, I’m coming!
“You
are a bad planner.” Ucap gue ke kakak gue yang pura-pura tidur pas di waiting
room karena tau gue bakalan ngamuk.
*****
Gue
dan kakak gue sepertinya emang gak punya skill yang bagus untuk travelling. Perjalanan
yang seru dipikiran gue adalah ketika kita melihat keindahan alam negeri ini.
Berbaur dengan masyarakatnya, melupakan sedikit rutinitas dan kepenatan saat
kuliah/kerja. Hal ini berbanding terbalik dengan yang gue alami selama di
perjalanan. Gak terlalu banyak gila-gilaan atau menikmati keindahan alam karena
sifat kami. Yang ada hanya perjuangan untuk keluar dari masalah selama kita
melakukan perjalanan. Mungkin dengan cara itu Tuhan membuat perjalanan gue
menjadi seru.
“Kadang, ketika terjebak
di tengah kepanikan, ada sesuatu yang seru tersembunyi di dalamnya.” – Yoga, 19 tahun, Travelers gagal.
sumber gambar:
sumber gambar:
-http://melodiestinajkt48.blogspot.com/2013/02/profil-melody-nurramdhani-laksani.html
-http://inordasofiehara.blogspot.com/2013/05/4-hari-di-kota-apel.html
-http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?t=1608003&page=109
-http://m.infospesial.net/14235/ekspresi-wajah-aneh-pelatih-atlet-dalam-pertandingan_11/
-http://www.kancutkeblenger.com/2013/01/malem-minggu-galau-liat-aja-memencut-ini.html
44 comments
gantengan kakakmu yog.. muahaha
Replywah pertamax
ReplyRyan gantengnya nauzubillah dibanding adiknya.
ReplyKocak asli!!haha
ReplyTinggal nunggu beneran ketinggalannya aja. Semuanya kan masih "hampir"
ReplyX)))
hahaha, liburan lu gokil yaa..
Replylu pake sihir apaan sih? tulisan lu selalu gokil bener..
Hahahah tapi malah jadi seru kan kalo gitu. Kakak lu tahu kalo nantinya bakal jadi gini dan bisa dipake buat bahan postingan elu. Dia visioner. Makin keren aja tulisanmu yog. Mantep. :))
Replywkwkwk..makanya jgn percaya sm kings B, slalu ngawur dianya :v
Replybad planner memang dia, gak bisa nyusun rencana -__-
Replyhaha iya. kalo gak gitu gak bakalan ada nih postingan ini x))
Replydi setiap perjalanan pasti bakal ada kejadian seru buat diceritakan. pasti. huahaha
iya, beberapa kali gak dapet kendaraan itu gokil -__-
Replyhaha... berusaha jujur aja disetiap tulisan yang lo ketik. :)
FAAAAK!! X))
Replyamit-amit. Jangan sape lah :))
hehe makasih ya :3
Replykampret part.2 -___-
Replykampret.. -___-
ReplyHah.. kota batu! Kamu ke sana pasca erupsi kelud apa sebelumnya sih?
ReplyKok keliatannya bersih benget....
Btw.. serru sekali perjalannya..
Oke sama sama :3 ditunggu postingan selanjutnya kak!!
ReplyTinggal nunggu perjalanan buku kedua nih. :))
ReplyYOGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
ReplyKAMU SAYA KUTUK JADI BATUKKKK!!!!!!!!!!!!!
SHIIIIIIIIIIIIIIIIIIT!!!!!!!!!!!
Hwaaaa sifat lo ma kakak lo beda bgt dalam hal time planner.
ReplyKalo bekpeker kemana2 bareng cuma brdua berabe tuh hohoho.
Klo gw lebih sneng yg bs ngerencanain waktu lebih awal kayak lo sih dlm hal bepergian/travelling.
Soalnya taruhannya tiket, kendaraan dll.
Kayak misalnya jd naik taksi di batu malem2 krna angkotnya 'abis'. Otomatis hrs kluar budjet lebih.
Untung lo gak ktinggln pesawat yak di juanda.
Tp dlm hal lain (permasalahan hidup), ada bgusnya org yg slow down kyk kk lo, secara dia bisa tenang gak panik :-D
Seru banget jalan jalannya. Dari awal sampai pertengahan udah keren emdingnya malah gitu, kurang nampol harus tikek yang udah dipesan sama kenalan bokap lo itu hangus gegara gak dapat taxi ke bandara.
ReplyBener bener bertolak belakang sifat lo sama kakak lo.
anjis... jangan sampe gitu, kalo kayak gitu apa gak ngamuk kek godzilla gue :|
Replyiya nih, pas dari batu ke malang kalo naik angkot harusnya bayar 12ribu doang, gara2 naik taksi jadi 50rbu -__-
Replyhaha iya untungnya gak ketinggalan pesawat.
kayaknya kita saling melengkapi karena perbedaan sifat ini haha
MUAHAHAHAHA.... *run run small*
Replysebelum kelud erupsi, mas.
Replyhaha semoga bisa bikin buku kedua, blog ini tempat latian biar tulisan gue lebih matang. Doain aja :)
ReplySIAAAAP ( '_')7
Replymuahahahhaa bagaikan langit dan bumi
Replykaka adik yg punya kepribadian berbeda nyiaaahaa
coba semua orang seperti kamu Yog, gak ada jam karet tuh
but, aku ngakak baca endingnyaa hahhaa untung ada taksi kalo gak sia-sia donk
dasar kalian memang traveller tergokil, apes mulus
Ini ceritanya kronologi waktunya detail banget ya, kayaknya elu tipe orang yang sangat perhatian sama waktu ngalahin perhatian elu sama pacar hahaha... Indonesia emang butuh orang orang kaya gini buat bikin Indonesia lebih baik dan menghapuskan jam karet dari Indonesia, eh ada rencana mau jadi presiden gag ??
ReplyApa benar Kalian bersaudara?
ReplyEmang udah kebiasaan orang di indo yg menerapkan jam karet. Bahkan biasanya ada yg sms bilangnya dijalan, tau-taunya masih dirumah hahahahaha
ReplyKeren banget tuh di alun2 batu. Seru banget perjalanannya nih :D
pantesan aja bro! viewnya masih indah..
Replyhahahahahaha.... eh emang elo pas disurabya tinggal dimana yog ? sidoarjo ? kayaknya disurabaya banyak taksi si, lain halnya di sidoarjo hehehehehe.
Replytapi seru lah kelihatannya perjalanannya buktinya kamu bisa nulis sekmapret ini hahahaha.
di perbatasan sidoarjo-surabaya huahaha...
Replyseru + chaos menurut gue :))
Yoih. Jam karet -__-
Replycobain gih ke sana haha
iye -__-
Replykan di awal udah gue bilang kalo gue selalu berusaha tepat waktu, jadi dikit2 liat jam x))
Replyanjis jadi presiden xD
iya untungnya ada yang lewat :'3
Replyiya, mungkin tuhan bikin perjalanan gue jadi seru dengan cara itu, dibikin apes+chaos x))
haha iya, 2 minggu setelah dari sana baru keludnya erupsi :(
ReplyLebih seru traveling kek kamu deh.
ReplyKejer-kejeran waktu dan emosi.
Haha
Kakakmu itu indonesia banget yaa.
Samaan kek aku -_-
Tapi traveling ke hutan ato puncak gunung (backpacker) gitu gak akan ada istilah ngejer waktu deh. Mungkin
emang pas dimalang tinggal dimana yog? susah ama nyari taksi kayanya
Replydi surabaya yang susah nyari taksinya mas :)
Replychaos banget tapi haha
Replykalo ke hutan/gunung kayaknyah ada juga ngejar waktu, misalnya sebelum malam hari udah sampai mana gitu... hehe
Amin. Gue yakin pasti jauh lebih bagus dari yang pertama. :))
ReplyPost a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!