A Great Story Comes With Great Stupidity : May 2016

Ngomentarin Fobia

Gue yakin, tiap orang pasti punya fobia.

Sebelum membahas terlalu jauh, tanpa bermaksud meragukan tingkat intelejensia kalian, gue jelasin dulu apa itu fobia.

Fobia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketakutan yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat menghambat kehidupan penderitanya.

Nah, kalo kalian masih bingung (sumpah, bukan bermaksud meragukan tingkat intelenjesia kalian), simpelnya, fobia itu takut akan sesuatu. Udah paham? Oke, lanjut.

Hujan Bikin Bego

Di kota Balikpapan, ada kalimat yang sangat melegenda: Balikpapan sempit, Bos! Kalimat ini timbul karena sering banget kejadian misalnya begini:

Gue kenalan dengan si A. Si A ngenalin gue ke si B. Si B ternyata temen gue.

Atau…

Gue PDKT dengan si B. Si B ternyata kenal sama si C. Si C itu mantan gue yang terakhir. Gue gagal PDKT dengan si B karena si B takut dianggap PHO alias perusak hubungan orang sama si C.

Makanya, jadi playboy di Balikpapan itu susah.

Tapi jujur aja, gue kesel banget sama kalimat ‘Balikpapan sempit’ itu. Alasannya simple: kalimat itu hanya berlaku untuk pergaulannya aja. Untuk wilayah, gue ngerasa Balikpapan itu luas. Bukti nyatanya adalah sering banget kehujanan gara-gara perbedaan cuaca antar daerahnya. Misalnya aja rute gue ke kampus:

Manggar (Rumah gue) -> Batakan -> Sepinggan -> Gunung Bakaran -> Damai (kampus).

Nah, ketika di rumah gue hujan, di kampus gak hujan.

Ketika di kampus hujan, di rumah gue gak hujan.

Di rumah gak hujan, gue ngechat temen yang rumahnya deket kampus katanya di kampus gak hujan, pas lagi menuju kampus, eh di Sepinggan gue kehujanan. Kampret banget.

BALIKPAPAN SEMPIT APAAN COBA?!

Efek beda cuaca ini lah yang menyebabkan gue sering banget kehujanan. Saking seringnya kehujanan, kalo ada yang nanya hobi gue apaan, bawaannya pengin jawab, “Kehujanan, coy!”

Keren abis.

Karena sering kehujanan, gue mulai googling apa saja dampak buruk kehujanan dan gue menemukan fakta bahwa kehujanan membuat baju basah, juga membuat orang jadi bego. Dan ini, beneran terbukti…

Kemaren, pas menuju kampus dalam misi rahasia operasi midoriyama edisi bimbingan skripsi, ketika memasuki daerah gunung bakaran, tiba-tiba aja hujan deres aja gitu, gak ada gerimis atau rintik-rintik dulu. Sumpah, gue kaget banget. Kagetnya udah kayak dikabarin kalo dosen pembimbing pindah ke luar negeri.

Karena gak mau maskara gue luntur dan lagi gak bawa mantel, gue pun segera menepikan motor gue dan berteduh di sebuah kios kecil yang sedang tutup. Tanpa melepas helm, gue tinggalkan si Vixie terparkir mesra di pinggir jalan bersama motor Supra xxx. 
Difoto ketika sudah reda dan orang yang berteduh udah pada bubar
Di depan kios itu sudah ada mas-mas yang berteduh juga. Gue melakukan screening dari atas sampai bawah dan menyimpulkan bahwa si mas-mas ini adalah seorang security. Selayaknya orang Indonesia tulen, pasti akan terjadi sebuah basa-basi gak penting, dan ini kejadian beneran. Si mas-mas tadi nanya, “Neduh, Mas?”

“Hehe.. Iya, Mas. Hujan hehe.” Jawab gue. Dalam hati: YA IYALAH NEDUH, MASA NAGIH UTANG?!”

“Rokok, Mas.” Si mas security nyodorin gue sekotak rokok.

Jujur, ketika dalam situasi seperti ini, gue bingung apa maksud dari tindakan nyodorin rokok itu? Di kepala gue ada 3 kemungkinan:

1. Menawarkan gue untuk mengambil rokoknya.
2. Menanyakan ke gue kalo itu rokok atau bukan dan berharap gue menjawab, “Iya, Mas. Itu rokok.”
3. Memberi tahu gue kalo itu rokok dan berharap gue menjawab, “Oh ini toh yang namanya rokok! Nice info, gan!”

Karena bingung, yaudah gue mengangkat tangan gue dan bilang, “Iya, Mas.” Tapi gak gue ambil juga rokoknya.

Si mas security senyum.

Makin lama hujannya makin deras, hal ini berbanding lurus dengan mulai banyaknya orang yang ikutan berteduh. Orang yang berteduh aneh-aneh aja gitu. Ada seorang mbak-mbak yang pakaiannya sudah basah setengah datang untuk berteduh. Pakaiannya yang basah membuat otot di lengannya tercetak jelas. Ada juga mas-mas gojek yang ikutan neduh, hapenya pasti gak anti air. Ada juga yang neduh, tapi pake jas hujan.


Orang-orang ini semua bertujuan sama: menunggu kapan berhentinya hujan. Ada dua tipe orang saat berteduh. Tipe pertama adalah yang setia menunggu sampai benar-benar reda. Tipe kedua adalah orang yang nekat melanjutkan perjalanannya ketika hujan baru reda sedikit. Padahal bisa aja baru jalan sebentar, hujannya deres lagi. Mungkin orang-orang ini emang harus datang tepat waktu sesuai jadwalnya.

Seorang mas-mas berjalan menuju motornya, men-standar dua-kan motor matic-nya, lalu dia mulai men-starter motornya dengan cara diengkol.

Sekali engkol, gagal.

Dua kali engkol, gagal.

Tiga kali engkol, gagal.

Orang-orang yang berteduh bukannya nolongin, malah cuma ngeliatin sambil senyum-senyum sendiri. Gue sendiri cuma bisa bersimpati. Kasian aja gitu udah hujan, motornya mogok pula.

Entah sampai percobaan ke berapa, mungkin 1.875 dan kakinya mulai cedera hamstring, dia pun berhenti, lalu kembali berteduh dengan wajah bingung dan basah. Mungkin bingung kenapa motornya gak mau nyala, bingung juga gimana caranya sampai ke tempat tujuan tepat waktu. Baru aja neduh, dia gak menyerah begitu aja. Dia balik lagi ke motornya! Jika orang ini golongan PHO alias Perusak Hubungan Orang, bener-bener bahaya, nih. Berkali-kali nyoba ngerusak hubungan targetnya, walaupun gagal akan terus berusaha sampe si cewek akhirnya jadi pacar dia.

Di bawah guyuran hujan, dia kembali menarik starter kaki motornya. Mengencangkan otot-otot di betisnya, lalu mulai menyiapkan tendangan terbaik untuk mengengkol. Dia mengambil ancang-ancang, memusatkan konsentrasi di kaki, kemudian… engkol!

Engkolan pertama, masih gagal.

Engkolan kedua, masih gagal.

Engkolan ketiga, masih gagal.

Ngeliat ekspresi bingung mas-mas itu, gue mulai kasihan dia, tapi mau bantuin gue juga gak ngerti soal motor. Gue ngencengin rantai di bengkel aja bayar 20 ribu padahal kata bokap gue bayar 5 ribu aja cukup.

Yha. Gue emang sebego itu.

Si mas-mas tadi masih berusaha mengengkol motornya, otomatis dia makin jadi objek perhatian seluruh orang yang neduh di situ. Beberapa orang mulai ketawa-ketawa kecil sambil geleng-geleng kepala melihat si mas-mas yang ngengkol motor itu. Hingga akhirnya mas security yang di sebelah gue angkat suara, “MAS, ITU STANDARNYA BELUM DINAIKIN.”

Lah, iya. Gue baru sadar kalo standar motornya dia masih turun. Motor matic kan gak bakal bisa di-starter kalo standar sampingnya turun.

Si mas-mas tadi langsung melihat ke arah bawah motornya, standar sampingnya emang belum dinaikin, dia pun menendang standar itu agar naik, lalu kembali mengengkol motornya dengan wajah menahan malu. Dalam sekali engkol, motornya berhasil menyala, dia pun menutup kaca helmnya, ngebut dan pasti langsung mengganti bio twitternya dengan quotes “I LOVE RAIN BECAUSE NO ONE SEE MY TEARS”.

Pesan moral:
1. Hujan bikin jadi bego
2. Lebih bego orang yang sudah tau solusi dari masalah orang lain, tapi dia memilih diem aja dan menikmati kebodohan orang lain sebagai hiburannya.
3. Yoga ganteng banget.

Pahlawan di Tanggal Tua

Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.
mataharimall-kompetisi

***** 

Sebagai  mahasiswa semester tua, gue merasa ada hal yang lebih serem daripada ditanya, “Skripsi sudah sampai bab berapa?” oleh teman. Yaitu, tanggal tua.

Bagi sebagian orang yang sudah memiliki penghasilan sendiri, tanggal tua aja udah dianggap serem, apa lagi bagi mahasiswa yang rata-rata pemasukannya masih dari orang tua?

INI. SEREM. BANGET.

Kenapa? Karena saat tanggal tua tiba, artinya adalah mari kita berhemat, peluk erat-erat dompet dan mengucapkan selamat tinggal pada ‘nongkrong di café.’

Saat tanggal tua, café bukanlah tempat yang ramah bagi dompet mahasiswa. Harga makanan maupun minuman mendadak tampak tidak mahasiswai. Contoh gampangnya:

Di warung: es teh  Rp 3.000
Di café: ice tea + pajak 10% Rp 10.000

Atau contoh lain.

Di warung: Burjo Rp 5.000
Di café: Mung bean porridge coconut milk Rp 20.000

Benar-benar tidak mahasiswai... :( *peluk dompet*

Selain harga yang tidak mahasiswai, aturan di café juga sama bikin keselnya.

“Dilarang membawa makanan/minuman dari luar.”

Seumur-umur gue ke café, biarpun cafenya gak ada peraturan begini, gue gak pernah liat tuh orang bawa nasi bungkus lalu makan di café. Tidak lupa kakinya naik sebelah ke atas kursi. GAK PERNAH!

Nongkrong di café emang enak, tapi tanggal tua akan jadi momok tersendiri bagi mahasiswa yang pengin ke café tapi pas tanggal tua. Gue pernah mengalami kejadian serem ini...

Mantan Tak Kasat Mata Part 2

Mulai darimana nih enaknya? Yang bingung sebenernya cerita apa ini, bisa baca cerita sebelumnya di sini.
*****

Karena merasa gak punya mantan, awalnya telepon itu gak gue angkat. Gue biarin aja. Gue tinggal mandi, leyeh-leyeh bentar, umroh, marathon nonton drama korea. Pas asik nonton drama korea yang judulnya Warm and Cozy, di adegan si Yoo Yeon Seok mau nyium si Kang Sora, tiba-tiba...


Yoo Yeon Seoknya berubah jadi Mario Balotelli! :(

“Ya Allah… gangguan apa lagi ini? Kentang, kan!” batin gue. Teringat akan hape yang gue abaikan, gue segera ngecek hape gue, udah ada 17.876 missed call. Karena gue penasaran kenapa si kampret gangguin gue mulu, gue mau protes dan bertanya, “Apa salah gue? Apa salah temen-temen gue? Kentang tau!” dan berjuta pertanyaan lain di kepala gue tentang teror ini. Panggilan dari ‘Mantan Terindah’ itu muncul kembali. Gue pun angkat telepon tersebut.

“Ha-halo?” kata gue. “Balikin Yoo Yeon Seok-nya woi!”

Tidak ada jawaban. Hanya ada suara nafas yang terdengar berat dan memburu.

HHHHHH… HHHHH… IKEH….

“….”

Kemudian terdengar suara cewek ketawa yang nyaring banget, “wkwkwkwk.”
Lalu muncul bau kispray sachetan warna ungu.

SUMPAH. GUE. MERINDING. Gak pernah gue denger suara ketawa seserem itu. Hape gue tadi langsung mati. Baterenya abis.

Teror itu benar-benar melemahkan mental gue. Kostan yang awalnya gue kira adalah kost idaman ini ternyata kost terburuk yang pernah gue tempati. Gue benar-benar gak tahan. Gue mulai berencana untuk pindah kostan lagi, tapi sepertinya ‘dia’ tidak mengijinkan gue untuk pindah.

Waktu itu gue bener-bener udah depresi berat dengan gangguan-gangguan gak masuk akal itu. Gue pun mutusin untuk ngungsi ke kostnya pacar sambil mulai cari-cari kostan baru. Sumpah, ini karena emang gue takut, bukan mau mesum. Sumpah. Beneran. Kayaknya sih.

Setelah menghabiskan waktu sampai tengah malam sambil nonton smackdown sama Scarlett Johansson, dia tidur di kasur, gue tidur di keset, kayak kucing. Pas gue bangun, tau-tau gue udah di kostan gue. Di atas tumpukan kertas bertulisankan “JAHAT!” lagi.

Mantan Tak Kasat Mata

Sebelum memulai cerita ini, gue cuma mau ngasih tau kalo semua yang gue ceritain ini adalah kejadian nyata, terserah kalian mau percaya atau tidak, tujuan gue cuma ingin berbagi. 

Oiya, perkenalkan nama gue Reza. Tapi biasa dipanggil Eja, kalo malam Echa. Cerita ini terjadi sekitar 1 tahun lalu, di mana saat itu gue aktif sebagai mahasiswa tingkat akhir yang baru aja pindah kostan. Sekarang gue udah gak tinggal di kost itu lagi, tapi status gue masih belum berubah alias gue belum lulus (terkutuklah kau skripsi!)

Kisah yang akan gue ceritakan ini berlatar belakang di kost tempat gue baru pindah. Selama tinggal di kostan itu, gue selalu mengalami terror dari dunia ‘lain’. Tidak tanggung-tanggung, gue diteror selama 1 bulan lebih! 1 bulan setengah hari tepatnya. Selain diteror skripsi, gue juga diteror oleh hal-hal yang bersifat kasat mata dan secara terus menerus datang di kehidupan gue.


And then the story begin…

Sore itu gue baru aja selesai memindahkan barang ke kostan baru. Sebagai mahasiswa tingkat akhir gue butuh ketenangan ekstra saat mengerjakan skripsi. Di kostan lama gue, ketenangan adalah suatu hal yang mustahil. Suara sumbang anak-anak main gitar, suara knalpot racing dan suara ikeh-ikeh kimochi dari kamar sebelah menjadi sarapan sehari-hari gue.

Ketika Menonton Sendirian Di Bioskop

Manusia itu aneh.

Ada kalanya kita bingung mau ngapain padahal banyak waktu luang.

Ada kalanya kita kesepian tapi males untuk bertemu orang lain.

Ada kalanya juga kita merasa orang lain gak bisa ngertiin diri kita.

Gue sedang mengalami komplikasi dari ketiga hal di atas. Hari-hari gue sebagai mahasiswa tingkat akhir ya… gitu-gitu aja. Bangun, makan, kepikiran skripsi, repeat. Menjadi mahasiswa tingkat akhir ternyata benar-benar gak enak.  Ketika sudah stuck mengerjakan skripsi, malah jadi bingung mau ngapain lagi coba? Yang ada cuma bengong, tiduran, nyelip pacar teman. Kadang malah dalam sehari gue gak ngapa-ngapain, termasuk gak nyentuh sama sekali si skripsi. Jika sebulan gak gue sentuh, bukan cuma kelulusan gue yang terancam, tapi si skripsi juga akan menjadi jablay.

Dengan aktifitas gue yang hanya skripsian aja, dikombinasikan dengan status jomblo berakreditas A, tentunya kadang gue kesepian. Kadang, lho. #IniSerius #BukanPencitraan

Tapi, sebagai jomblo berakreditas A, saat kesepian kita pantang untuk menunjukkan kalo diri kita kesepian. Kita harus berusaha bahagia sendiri yaitu dengan cara melakukan ‘Me Time’. Jika level kebosanan gue udah tinggi banget, gue sering melakukan ‘Me Time’ versi gue, yaitu jalan sendirian ke mana aja yang penting gue senang dan lupa sama masalah-masalah gue. Biasanya gue ke toko buku, menghabiskan berjam-jam di sana untuk berkeliling mencari cewek cakep berkacamata yang lagi baca buku, ke restoran fast food untuk ngopi sambil ngetik, atau kadang ke perpustakaan, menghabiskan berjam-jam untuk ngadem, karena di sana AC-nya kenceng.

Walaupun sering jalan-jalan sendiri, bimbingan skripsi sendiri dan mandi sendiri, tapi ada hal yang gak pernah gue lakuin saat jalan sendirian: nonton di bioskop sendirian.