...baca
cerita sebelumnya di sini.
Kaki
kiri gue angkat pelan-pelan dari pedal kopling, mobil mulai berjalan pelan, gue
arahkan setir ke kanan. Baru aja mau injek gas…
MOBILNYA
MATI!
MOBILNYA
MATIIIII!!!
Tin… Tin… Tin…
Riuh
rendah suara klakson mobil dan motor yang jalannya kembali terhalang oleh mobil
gue terdengar makin menyeramkan.
Gue
mau nangis.
“Ayo
jangan panik. Coba injak kopling, terus nyalakan lagi mobilnya.” Kata om
instruktur.
Ya
Allah... gue gak nyangka di balik wajahnya yang tampak tidak bersahabat, ternyata
om instruktur ini punya sisi lembut juga, dia peduli sama gue. Untungnya gue
masih normal dan gak suka om-om, kalo enggak, sudah gue peluk nih.
Oke.
Fokus.
Kaki
kiri gue menginjak kopling, tangan kanan gue memutar kunci ke kanan. Mobil
kembali menyala.
“Lepas
kopling setengah, sampai mobilnya bergetar, tahan.” Kata dia lagi. Seperti
robot, gue turuti kalimat yang barusan gue dengar.
“Nah,
sekarang lepas remnya pelan-pelan.”
Kaki
kanan gue yang ada di pedal rem gue tarik pelan-pelan. Mobil pun berjalan lurus
ke depan dengan pelan. Wow! Gue nyetir mobil, coy! Baru aja mau syukuran karena
bisa jalanin mobil, tiba-tiba terdengar suara om instruktur, “SETIRNYA
BALAS KE KANAN! CEPAT! KALO GAK KITA MASUK SELOKAN!!!”