A Great Story Comes With Great Stupidity : August 2015

Tentang Mengajar

Tanggal 10 Agustus, gue dan kelima temen gue udah mulai praktik mengajar di SMAN 7 Balikpapan.

Awalnya gue kira bakalan langsung ngajar, ternyata enggak. Fakultas gue membuat beberapa tahapan sebelum kami, para mahasiswa, resmi mengajar. Jadi, seminggu awal di sekolah, kami hanya melakukan observasi alias pengamatan. Misalnya saja mengamati keadaan sekolah, mencatat jumlah guru, jumlah kelas, jumlah murid di tiap kelas, jumlah cabe-cabean. Pokoknya semua dicatat.

Di minggu kedua, kami mulai menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP dengan bimbingan guru pamong (pendamping), serta melihat dan mengamati guru pamong kami mengajar di kelas.

Nah, mulai awal bulan September, baru deh gue mulai ngajar sambil melakukan penelitian sampai akhir bulan Oktober.

Teknisnya sih gitu. Tapi, kenyataan berkata lain…

Petualang Baru di Semester 7

Bulan Agustus ini jadi penanda bahwa gue telah memasuki perkuliahan semester 7. Di semester ini gue udah mulai magang, atau di dalam fakultas gue disebutnya PLP. Bukan, PLP itu bukan singkatan dari Pala Lu Peyang. PLP itu Praktik Latihan Profesi. Karena gue kuliah jurusan Pendidikan Ekonomi, maka gue bakal magang di sebuah sekolah dengan cara… jadi tukang sapu guru.

Perasaan gue campur aduk. Seneng, bingung, takut, gugup nyampur jadi satu. Seneng karena bentar lagi gue bakal lulus, bingung ntar pas gue praktek harus ngomong apa di depan kelas, dan takut… ntar dedek-dedek di kelas jatuh cinta sama gue. Ehe.

Nah, sebelum mulai magang pun gue udah disiksa habis-habisan dengan program fakultas yang bikin sebuah pelatihan dan berbagai tes agar kita siap saat diterjunkan di sekolah-sekolah nantinya.

Tahapannya dimulai ketika gue semester 6 akhir. Seminggu sebelum UAS. Jadi, yang seharusnya gue dengan asiknya menikmati minggu tenang dengan leyeh-leyeh santai, harus bolak-balik datang buat pelatihan. Ternyata emang bener, minggu tenang itu cuma mitos.


Sewaktu diberi tahu tahapan-tahapan sebelum kami ditempatkan di sekolah, gue langsung stress. Gimana gue gak stress kalo tahapannya banyak begini:

TES AKADEMIK: 23 Mei
PELATIHAN 1 (Pembuatan Media pembelajaran berbasis IT): 30-31 Mei
PELATIHAN 2 (Revolusi Mental dan Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas): 13-14 Juni
TES MICROTEACHING: 1 Agustus
PENEMPATAN PLP: 5 Agustus
PELEPASAN MAHASISWA: 8 Agustus

Nilai dari tes dan pelatihan itulah yang dijadikan dasar untuk menentukan di mana gue dan temen-temen lainnya bakal diterjunkan.

TES AKADEMIK

Beberapa pesan dari dosen sebelum tes ini dimulai adalah:
“Kalian baca buku Ekonomi SMA kelas X dan XI.”

Beberapa mahasiswa mulai merasa stress, “Semuanya, Pak?”

“Cukup semester satunya saja.”

Kami gak jadi stress.

“Oh iya, baca kurikulum 2013 dan KTSP, ya!” Lanjut sang dosen.

Kami gak jadi untuk gak jadi stress. Kami stress dan mulai pura-pura gila.

Saat tes dimulai, ada 40 soal pilihan ganda, 5 Essai. Gue gak ngerti sama sekali karena gue SMA-nya jurusan IPA. (Plis, jangan kaget ada anak IPA jadi guru ekonomi). Soal pilihan ganda gue isi sembarangan, soal essai gue isi 3 nomor. Gue cukup lega karena dosennya bilang, “Kerjakan sendiri, jangan menyontek. Karena hasil tes ini untuk penilaian penempatan kalian. Kalo nilai kalian bagus hasil dari menyontek, lalu ditempatkan di sekolah yang bagus kan bahaya.”

Gue manggut-manggut. Berharap dengan hasil kerjaan gue itu bakal ditempatkan di sekolah yang biasa-biasa aja.

PELATIHAN 1 DAN 2
Gak ada yang seru di dua pelatihan ini karena gue fokus… menahan ngantuk selama pelatihan. Gimana gak ngantuk kalo pelatihan mulai dari pukul 8 pagi sampai 4 sore?! Padahal pematerinya udah dari berbagai kalangan, mulai dari universitas muhammadiyah Cirebon, Universitas Mulawarman, LPMP dan… lupa. Gue kayaknya ketiduran.
Ceritanya habis pelatihan. Ceritanya.
Skip.


TES MICROTEACHING
Apa itu microteaching? Microteaching itu kita mengajar di depan teman-teman kita yang berakting menjadi murid. Isu awalnya di tes ini kita bakal mengajar tanpa ada audiens. Yang ada cuma pengawas dari SMA yang bakal kita jadikan tempat praktik.

Iya, jadi kayak orang gila gitu ngomong sendiri. Gue bayanginnya aja udah serem.

Untungnya pengawas ruangan gue berbaik hati dengan memperbolehkan temen-temen gue yang lain ada di ruangan. Walau di dalam ruangan cuma ada 10 orang, tapi ini lebih baik daripada gak ada sama sekali. Ruangan gue diisi oleh 11 Mahasiswa. Tiap mahasiswa diberi waktu 20-30 menit untuk tampil. Kebetulan gue kena nomor urut 8. Bisa agak tenang maju terakhiran~

Satu persatu temen-temen gue maju. Tiap mereka selesai tampil, gue malah makin deg-degan. Hingga akhirnya giliran gue tiba juga.

“Yak, Nomor urut 8. Yoga.”

Gue tarik nafas dalam-dalam dan… maju ke depan kelas dengan penuh percaya diri. Untungnya gue ikutan komunitas stand up comedy, jadi kalo berdiri dan ngomong di depan banyak orang udah lumayan biasa. Yang jadi masalah adalah: gue sering cengengesan sendiri. Tiap materi yang gue sampaikan bawaannya pengin gue jadiin jokes mulu, hasilnya, gue mulai cengengesan.

GURU MACAM APA YANG JELASIN MURIDNYA SAMBIL CENGENGESAN?!

Gue coba tampil tenang, pelan, elegan. Hingga akhirnya gue sudah masuk ke bagian penutup materi. Temen gue bisikin, “Yog, kamu baru 16 menit.”

“Waduh, ejakulasi dini nih.” kata gue. Dalam hati.

Akhirnya, gue coba akali dengan cara… mengulang-ulang kesimpulan dari materi gue dengan langkah:

1. Bertanya ke murid “Apa kesimpulan dari materi ini?”
2. Mengucapkan ulang kesimpulan yang diucapkan murid.
3. Bertanya lagi ke murid dengan dalih agar mereka ingat.
4. Kembali ke langkah nomor 1.


Gue pun selesai tampil dengan perasaan lega. Leganya mirip saat kita kebelet, lalu ketemu wc. Serius.
 
selesai tes microteaching. Keluar kelas like a boss.
PENGUMUMAN PENEMPATAN

Selesai tes microteaching, gue gak bener-bener tenang. Tanggal 5 bakal ada pengumuman penempatan. Jujur, gue takut ditempatin di sekolah yang bagus. Takut aja gitu kalo muridnya lebih pinter daripada gue. Misalnya nih gue salah jelasin, lalu ada murid kritis nyeletuk, “PAK, KAYAKNYA BAPAK SALAH DEH.”

Gak mungkin kan gue bakal ngeles, “Maaf, yang tadi jelasin itu kepribadian bapak yang lain.”

Bisa-bisa gue dirajam di kelas.

Menunggu hasil pengumuman penempatan ini sukses bikin hari-hari gue menjadi gak tenang. Gue berharap tanggal 5 Agustus cepat datang biar hidup gue menjadi tenang tanpa harus menunggu dengan penuh ketidakpastian. Digantungin gini emang gak enak, cuy!

Contoh nyata gue pengin cepet-cepet tau hasil pengumumannya adalah saat gue nginap di rumah sohib gue, Dana. Saat itu kita kelaparan dan keluar nyari makan pukul 2 pagi. Kita makan di warung nasi goreng.

“Habis ini langsung pulang, ya? Ngantuk.” Kata Dana sambil mengunyah nasi gorengnya.

“Jangan deh.” Tolak gue.

“Lah, mau ke mana lagi?”

“Kampusku, yok. Sekarang kan tanggal 5. Siapa tau pengumumannya udah ditempel di depan fakultas.”

“INI KAN PUKUL 2 PAGI!”

“Ya, kan sekarang tanggal 5.”

“….”

Paginya, gue ke kampus dan mendapati bahwa… pengumumannya gak jadi tanggal 5. Banyak isu yang beredar saat itu. Ada yang bilang pengumumannya tetap tanggal 5 tapi pukul 12 siang.  Ada yang bilang pengumumannya besok. Ada juga yang bilang pengumumannya hanyalah mitos belaka.

Gue coba tunggu sampai pukul 12 dan ternyata, pengumumannya belum keluar juga. Gue kesel. Udah digantungin, di-PHP-in pula. Huft.

Tanggal 6 Agustus juga sama. Pengumuman penempatan belum ada tanda-tanda keluar. Gue sempet mikir, “INI PENGUMUMAN APA HILAL, SIH?!”

Gue coba tenang dan berpikir positif. Pelepasan mahasiswa ke guru pamong (pendamping) itu tanggal 8 Agustus. Kemungkinan pengumuman pasti sebelum tanggal 8, paling telat ya tanggal 8 itu. Gak masalah sebenernya, asal jangan telat 3 bulan aja sih. Bahaya.

Tanggal 7 Agustus, khusus prodi gue yaitu Ekonomi ada sebuah pembekalan materi agar saat terjun ke lapangan, kita tidak memberikan ilmu sesat kepada murid-murid. Gue pun datang ke kampus dengan bersahaja. Baru aja masuk ke dalam fakultas, sudah ada beberapa teme-temen gue yang bergerombol sambil memegang kertas. Sedetik kemudian mereka histeris.
“AAAAAKKKK… AKU KENA SMA 8. JAUH DARI RUMAAAAH.”
“AAAAAAKKK… AKU KENA SMA 3. AKU BUTA ARAAAAHHH…”
“AAAAAAKKK… KAKIKU KEINJEK, WOI!”

Mendengar jeritan mereka, gue menyimpulkan bahwa kertas yang mereka lihat adalah pengumuman penempatan. Gue segera mendatangi gerombolan itu dan langsung disambut dengan ucapan temen gue, “Yog, kamu kena di SMA 5.”

JEGEEEERRRR!!!

Gue shock! Mulut gue nganga, mata gue melotot sebelah. Gue bakal balik ke SMA gue dulu. Gue langsung terbayang betapa awkward-nya saat gue di sana, apalagi saat ketemu dengan guru-guru.

“Loh, Yog? Kamu magang di sini?” kata guru gue.

“Iya, Pak. Kebetulan kena ditempatkan di sini. Hehe…”

“Kamu ngajar apa? Matematika, ya?”

“Ummm… Ekonomi, Pak.”

“LOH?! KAMU KAN DULU ANAK IPA? KOK NGAJAR EKONOMI?!”

“Anu… Itu kepribadian saya yang lain, Pak.”

Imajinasi itu gue tepis jauh-jauh. Gue gak terlalu percaya sama ucapan temen gue itu. Kertas yang mereka pegang gue ambil, mencari nama gue dan ternyata… 
kertas begini aja sukses gantungin gue. hhhh...
 Gue kena di SMA 7. Gue segera sujud syukur. Selain terhindar kembali ke SMA gue dulu, jarak SMA 7 dengan rumah gue itu lumayan dekat. Sekitar 10-15 menit.

Tau gue ditempatkan di sekolah yang jaraknya lumayan dekat, gue langsung disirikin oleh beberapa teman. Ada yang rumahnya di daerah Balikpapan Timur, ditempatkan di sekolah di Balikpapan Utara. Kira-kira butuh 1 jam untuk menuju ke sana. Fix, dia berangkat ke sekolah saat subuh. Kasian.

PELEPASAN MAHASISWA KE GURU PAMONG

Tanggal 8 Agustus pun tiba. Acara pelepasan mahasiswa ke guru pamong dari tiap sekolah yang ditempatkan bakal dimulai pukul 9. Di acara itu dijelaskan sistematika dan hal-hal teknis selama kami, para mahasiswa, magang di sekolah. Apa-apa saja tugas dan kewajiban mahasiswa dan guru pamong. Apa-apa saja yang tidak boleh dilakukan saat magang, misalnya tidak memakai pakaian PLP (kemeja putih, celana kain warna hitam), merokok dan modusin dedek-dedek SMA.

Berita buruknya, kami sudah harus ke sekolah tanggal 10 Agustus.

Yeah, ketika postingan ini diketik, gue udah seminggu PLP di SMA 7. Kalo sempet, gue bakal lebih banyak nulis pengalaman gue selama magang. Doakan aja PLP gue berjalan lancar tanpa hambatan untuk 2 bulan ke depan.
 
gabut di kantor guru.
CIAO!