Bulan Agustus ini jadi penanda bahwa gue telah memasuki perkuliahan semester 7. Di
semester ini gue udah mulai magang, atau di dalam fakultas gue disebutnya PLP.
Bukan, PLP itu bukan singkatan dari Pala Lu Peyang. PLP itu Praktik Latihan
Profesi. Karena gue kuliah jurusan Pendidikan Ekonomi, maka gue bakal magang di
sebuah sekolah dengan cara… jadi tukang sapu guru.
Perasaan
gue campur aduk. Seneng, bingung, takut, gugup nyampur jadi satu. Seneng karena
bentar lagi gue bakal lulus, bingung ntar pas gue praktek harus ngomong apa di
depan kelas, dan takut… ntar dedek-dedek di kelas jatuh cinta sama gue. Ehe.
Nah,
sebelum mulai magang pun gue udah disiksa habis-habisan dengan program fakultas
yang bikin sebuah pelatihan dan berbagai tes agar kita siap saat diterjunkan di
sekolah-sekolah nantinya.
Tahapannya
dimulai ketika gue semester 6 akhir. Seminggu sebelum UAS. Jadi, yang
seharusnya gue dengan asiknya menikmati minggu tenang dengan leyeh-leyeh
santai, harus bolak-balik datang buat pelatihan. Ternyata emang bener, minggu tenang itu cuma mitos.
Sewaktu
diberi tahu tahapan-tahapan sebelum kami ditempatkan di sekolah, gue langsung
stress. Gimana gue gak stress kalo tahapannya banyak begini:
TES
AKADEMIK: 23 Mei
PELATIHAN
1 (Pembuatan Media pembelajaran berbasis IT): 30-31 Mei
PELATIHAN
2 (Revolusi Mental dan Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas): 13-14
Juni
TES
MICROTEACHING: 1 Agustus
PENEMPATAN
PLP: 5 Agustus
PELEPASAN
MAHASISWA: 8 Agustus
Nilai
dari tes dan pelatihan itulah yang dijadikan dasar untuk menentukan di mana gue
dan temen-temen lainnya bakal diterjunkan.
TES AKADEMIK
Beberapa
pesan dari dosen sebelum tes ini dimulai adalah:
“Kalian
baca buku Ekonomi SMA kelas X dan XI.”
Beberapa
mahasiswa mulai merasa stress, “Semuanya, Pak?”
“Cukup
semester satunya saja.”
Kami
gak jadi stress.
“Oh
iya, baca kurikulum 2013 dan KTSP, ya!” Lanjut sang dosen.
Kami
gak jadi untuk gak jadi stress. Kami stress dan mulai pura-pura gila.
Saat
tes dimulai, ada 40 soal pilihan ganda, 5 Essai. Gue gak ngerti sama sekali
karena gue SMA-nya jurusan IPA. (Plis, jangan kaget ada anak IPA jadi guru
ekonomi). Soal pilihan ganda gue isi sembarangan, soal essai gue isi 3 nomor.
Gue cukup lega karena dosennya bilang, “Kerjakan sendiri, jangan menyontek.
Karena hasil tes ini untuk penilaian penempatan kalian. Kalo nilai kalian bagus
hasil dari menyontek, lalu ditempatkan di sekolah yang bagus kan bahaya.”
Gue
manggut-manggut. Berharap dengan hasil kerjaan gue itu bakal ditempatkan di
sekolah yang biasa-biasa aja.
PELATIHAN 1 DAN 2
Gak
ada yang seru di dua pelatihan ini karena gue fokus… menahan ngantuk selama
pelatihan. Gimana gak ngantuk kalo pelatihan mulai dari pukul 8 pagi sampai 4
sore?! Padahal pematerinya udah dari berbagai kalangan, mulai dari universitas
muhammadiyah Cirebon, Universitas Mulawarman, LPMP dan… lupa. Gue kayaknya
ketiduran.
|
Ceritanya habis pelatihan. Ceritanya. |
Skip.
TES MICROTEACHING
Apa
itu microteaching? Microteaching itu kita mengajar di depan teman-teman kita
yang berakting menjadi murid. Isu awalnya di tes ini kita bakal mengajar tanpa
ada audiens. Yang ada cuma pengawas dari SMA yang bakal kita jadikan tempat
praktik.
Iya,
jadi kayak orang gila gitu ngomong sendiri. Gue bayanginnya aja udah serem.
Untungnya
pengawas ruangan gue berbaik hati dengan memperbolehkan temen-temen gue yang
lain ada di ruangan. Walau di dalam ruangan cuma ada 10 orang, tapi ini lebih
baik daripada gak ada sama sekali. Ruangan gue diisi oleh 11 Mahasiswa. Tiap
mahasiswa diberi waktu 20-30 menit untuk tampil. Kebetulan gue kena nomor urut
8. Bisa agak tenang maju terakhiran~
Satu
persatu temen-temen gue maju. Tiap mereka selesai tampil, gue malah makin
deg-degan. Hingga akhirnya giliran gue tiba juga.
“Yak,
Nomor urut 8. Yoga.”
Gue
tarik nafas dalam-dalam dan… maju ke depan kelas dengan penuh percaya diri.
Untungnya gue ikutan komunitas stand up comedy, jadi kalo berdiri dan ngomong
di depan banyak orang udah lumayan biasa. Yang jadi masalah adalah: gue sering
cengengesan sendiri. Tiap materi yang gue sampaikan bawaannya pengin gue jadiin
jokes mulu, hasilnya, gue mulai cengengesan.
GURU
MACAM APA YANG JELASIN MURIDNYA SAMBIL CENGENGESAN?!
Gue
coba tampil tenang, pelan, elegan. Hingga akhirnya gue sudah masuk ke bagian
penutup materi. Temen gue bisikin, “Yog, kamu baru 16 menit.”
“Waduh,
ejakulasi dini nih.” kata gue. Dalam hati.
Akhirnya,
gue coba akali dengan cara… mengulang-ulang kesimpulan dari materi gue dengan
langkah:
1. Bertanya
ke murid “Apa kesimpulan dari materi ini?”
2. Mengucapkan
ulang kesimpulan yang diucapkan murid.
3. Bertanya
lagi ke murid dengan dalih agar mereka ingat.
4. Kembali
ke langkah nomor 1.
Gue
pun selesai tampil dengan perasaan lega. Leganya mirip saat kita kebelet, lalu
ketemu wc. Serius.
|
selesai tes microteaching. Keluar kelas like a boss. |
PENGUMUMAN PENEMPATAN
Selesai
tes microteaching, gue gak bener-bener tenang. Tanggal 5 bakal ada pengumuman
penempatan. Jujur, gue takut ditempatin di sekolah yang bagus. Takut aja gitu
kalo muridnya lebih pinter daripada gue. Misalnya nih gue salah jelasin, lalu
ada murid kritis nyeletuk, “PAK, KAYAKNYA BAPAK SALAH DEH.”
Gak
mungkin kan gue bakal ngeles, “Maaf, yang tadi jelasin itu kepribadian bapak
yang lain.”
Bisa-bisa
gue dirajam di kelas.
Menunggu
hasil pengumuman penempatan ini sukses bikin hari-hari gue menjadi gak tenang.
Gue berharap tanggal 5 Agustus cepat datang biar hidup gue menjadi tenang tanpa
harus menunggu dengan penuh ketidakpastian. Digantungin gini emang gak enak,
cuy!
Contoh
nyata gue pengin cepet-cepet tau hasil pengumumannya adalah saat gue nginap di
rumah sohib gue, Dana. Saat itu kita kelaparan dan keluar nyari makan pukul 2
pagi. Kita makan di warung nasi goreng.
“Habis
ini langsung pulang, ya? Ngantuk.” Kata Dana sambil mengunyah nasi gorengnya.
“Jangan
deh.” Tolak gue.
“Lah,
mau ke mana lagi?”
“Kampusku,
yok. Sekarang kan tanggal 5. Siapa tau pengumumannya udah ditempel di depan
fakultas.”
“INI
KAN PUKUL 2 PAGI!”
“Ya,
kan sekarang tanggal 5.”
“….”
Paginya,
gue ke kampus dan mendapati bahwa… pengumumannya gak jadi tanggal 5. Banyak isu
yang beredar saat itu. Ada yang bilang pengumumannya tetap tanggal 5 tapi pukul
12 siang. Ada yang bilang pengumumannya
besok. Ada juga yang bilang pengumumannya hanyalah mitos belaka.
Gue
coba tunggu sampai pukul 12 dan ternyata, pengumumannya belum keluar juga. Gue
kesel. Udah digantungin, di-PHP-in pula. Huft.
Tanggal
6 Agustus juga sama. Pengumuman penempatan belum ada tanda-tanda keluar. Gue
sempet mikir, “INI PENGUMUMAN APA HILAL, SIH?!”
Gue
coba tenang dan berpikir positif. Pelepasan mahasiswa ke guru pamong
(pendamping) itu tanggal 8 Agustus. Kemungkinan pengumuman pasti sebelum
tanggal 8, paling telat ya tanggal 8 itu. Gak masalah sebenernya, asal jangan
telat 3 bulan aja sih. Bahaya.
Tanggal
7 Agustus, khusus prodi gue yaitu Ekonomi ada sebuah pembekalan materi agar
saat terjun ke lapangan, kita tidak memberikan ilmu sesat kepada murid-murid.
Gue pun datang ke kampus dengan bersahaja. Baru aja masuk ke dalam fakultas,
sudah ada beberapa teme-temen gue yang bergerombol sambil memegang kertas.
Sedetik kemudian mereka histeris.
“AAAAAKKKK…
AKU KENA SMA 8. JAUH DARI RUMAAAAH.”
“AAAAAAKKK…
AKU KENA SMA 3. AKU BUTA ARAAAAHHH…”
“AAAAAAKKK…
KAKIKU KEINJEK, WOI!”
Mendengar
jeritan mereka, gue menyimpulkan bahwa kertas yang mereka lihat adalah
pengumuman penempatan. Gue segera mendatangi gerombolan itu dan langsung
disambut dengan ucapan temen gue, “Yog, kamu kena di SMA 5.”
JEGEEEERRRR!!!
Gue
shock! Mulut gue nganga, mata gue melotot sebelah. Gue bakal balik ke SMA gue
dulu. Gue langsung terbayang betapa awkward-nya
saat gue di sana, apalagi saat ketemu dengan guru-guru.
“Loh,
Yog? Kamu magang di sini?” kata guru gue.
“Iya,
Pak. Kebetulan kena ditempatkan di sini. Hehe…”
“Kamu
ngajar apa? Matematika, ya?”
“Ummm…
Ekonomi, Pak.”
“LOH?!
KAMU KAN DULU ANAK IPA? KOK NGAJAR EKONOMI?!”
“Anu…
Itu kepribadian saya yang lain, Pak.”
Imajinasi
itu gue tepis jauh-jauh. Gue gak terlalu percaya sama ucapan temen gue itu.
Kertas yang mereka pegang gue ambil, mencari nama gue dan ternyata…
|
kertas begini aja sukses gantungin gue. hhhh... |
Gue kena di
SMA 7. Gue segera sujud syukur. Selain terhindar kembali ke SMA gue dulu, jarak
SMA 7 dengan rumah gue itu lumayan dekat. Sekitar 10-15 menit.
Tau
gue ditempatkan di sekolah yang jaraknya lumayan dekat, gue langsung disirikin
oleh beberapa teman. Ada yang rumahnya di daerah Balikpapan Timur, ditempatkan
di sekolah di Balikpapan Utara. Kira-kira butuh 1 jam untuk menuju ke sana.
Fix, dia berangkat ke sekolah saat subuh. Kasian.
PELEPASAN MAHASISWA KE
GURU PAMONG
Tanggal
8 Agustus pun tiba. Acara pelepasan mahasiswa ke guru pamong dari tiap sekolah
yang ditempatkan bakal dimulai pukul 9. Di acara itu dijelaskan sistematika dan
hal-hal teknis selama kami, para mahasiswa, magang di sekolah. Apa-apa saja tugas
dan kewajiban mahasiswa dan guru pamong. Apa-apa saja yang tidak boleh
dilakukan saat magang, misalnya tidak memakai pakaian PLP (kemeja putih, celana
kain warna hitam), merokok dan modusin dedek-dedek SMA.
Berita
buruknya, kami sudah harus ke sekolah tanggal 10 Agustus.
Yeah,
ketika postingan ini diketik, gue udah seminggu PLP di SMA 7. Kalo sempet, gue
bakal lebih banyak nulis pengalaman gue selama magang. Doakan aja PLP gue
berjalan lancar tanpa hambatan untuk 2 bulan ke depan.
|
gabut di kantor guru. |
CIAO!