A Great Story Comes With Great Stupidity : Barbershop Story - Ternyata Sama Aja

Barbershop Story - Ternyata Sama Aja


"Kenapa sih kok cowok-cowok sekarang potongan rambutnya sama semua? Klimis gitu.” Pertanyaan itu meluncur dari temen gue yang berjenis kelamin cewek.

Sadar kalo rambut gue sekarang modelnya begitu juga, gue mencoba menjawab dengan diplomatis. “Ya… karena trendnya gitu.”

Abis jawab gitu, gue malah jadi mikir sendiri, “Bener juga, ya? model rambut cowok sekarang rata-rata sama semua.” Terus gue jadi inget-inget dan mencoba menganalisis kenapa bisa begitu. Setelah berpikir keras sambil menghitung estimasi pada tahun berapa Indonesia bebas dari hutang luar negeri, gue menemukan jawabannya: Ini semua karena barbershop.

Potong rambut di barbershop, selain meningkatkan gengsi, biasanya kang cukurnya juga paham dengan model rambut yang lagi ngetrend dibandingkan dengan tempat cukur biasa. Model rambut yang ngetrend biasanya: undercut, jarhead, pompadour.

Bandingkan dengan tempat cukur biasa, cuma ada deretan foto top's collection, ujung-ujungnya kita cuma bisa bilang: “Bang, rapiin aja.”

Gak keren.

Di barbershop juga biasanya lebih terkesan ekslusif. Mereka jual pomade, AC dan TV kabel sebagai fasilitas, dan biasanya selesai cukur bisa keramas. Jadi gak perlu tuh kepala gatel gara-gara potongan-potongan rambutnya nyelip di helm.

Dulu, sebelum menjamurnya barbershop, gue termasuk pelanggan setia pangkas rambut yang biasa ada di pinggir jalan. Biasanya ya… ruangannya gak terlalu besar, cukup 2 kursi tersedia, poster top's collection menjadi referensi model rambut, di kursi tunggu ada Koran bertumpuk, hiburan satu-satunya adalah kipas angin yang tampak mau jatoh dan menebas kepala orang di bawahnya.

Biasanya juga tempat pangkas rambut ini menggunakan nama yang fenomenal dan mengugah selera:
-Pangkas Rambut Mahkota
-Pangkas Rambut Mawar
-Pangkas Rambut Mawar Full AC

Biasanya gue potong rambut tiap pulang kuliah. Antara gue dengan si kang cukur, sudah terjalin sebuah koneksi yang kuat. Tiap gue datang, beliau tau potongan rambut apa yang cocok dengan gue, tau kalo gue baru aja pulang kuliah, tau berapa IP gue semester lalu. Pokoknya kang cukur ini idaman banget.

Hingga akhirnya di pertengahan tahun 2015, pas gue mau potong rambut, begitu sampai depan, tempat cukurnya tutup dan ada tulisan, “ISTIRAHAT”.

Saat itu emang pukul setengah 1 siang sih gue pulang kuliah. Jadi ini pasti kang cukurnya lagi istirahat makan siang dan salat zuhur. Gue pun memutuskan pulang dulu karena ya… gue laper.

Malam harinya, sehabis maghrib, dengan semangat 69 gue pergi lagi ke tempat cukur langganan gue itu. Begitu sampai di sana, keadaannya gelap, gorden tempat cukur itu tertutup rapat, cuma ada lampu redup di bagian depan yang menyinari sebuah papan dengan tulisan, “TUTUP”.

Ya Allah, patah hati dua kali gue hari ini. :’)

Besoknya, sore hari gue ke sana lagi untuk menuntaskan keinginan potong rambut gue. Begitu sampai di sana, lagi-lagi sebuah tulisan di papan yang tergantung di jendela tempat cukur itu menghentikan langkah gue.

“Pindah, 100 meter →”

Gue ikuti arahnya dan beberapa menit kemudian gue menemukan tempat baru pangkas rambut langganan gue itu. Tempatnya tampak lebih besar dari tempat sebelumnya. Lebih keren lagi, tempat itu bersebelahan sama tempat pijat dan urut keseleo. Yeah. Ini sepertinya bisnis yang menggunakan prinsip simbiosis mutualisme. Kan biasanya kalo selesai cukur, leher dan kepala kita bakal dipijitin dan di-kretek-in sama kang cukurnya, nah siapa tau pas prosesi meng-kretek-in leher itu kang cukurnya khilaf sehingga menyebabkan leher keseleo, tinggal minta tolong ke tukang urut di sebelah. Mantap sekali bukan?

Gue segera melepas helm, rambut gue yang sudah gondrong mulai terurai kayak iklan shampoo. Pas gue turun dari motor, baru keliatan ada tulisannya “TUTUP”.

HHHHHHHH….

Karena gue sudah terganggu banget sama rambut gue yang gondrong, gue putuskan untuk menghianati kebersamaan gue dengan kang cukur langganan ini. Gue segera mengendarai motor gue dan beberapa meter dari tempat langganan gue itu, ada barbershop baru buka.

Gue berhenti. Dilema musti potong di sana atau cari pangkas rambut biasa aja. Bukannya apa, gue takut ongkosnya mahal. Gue bayangin jika di pangkas rambut biasa orang dewasa ongkosnya 20 ribu, di barbershop malah 50 ribu. Atau 100 ribu. Ya Allah, 100 ribu buat potong rambut sekali doang mendingan gue gondrong kayak Limbad dah. #AnakEkonomi #GakMauRugi

Orang bijak bilang, “You’ll never know if you never try.” Gue mengamini kalimat itu. Dengan perasaan campur aduk (penasaran dan takut) gue masuk ke dalam barbershop itu. Sambil meluk dompet.

Begitu sampai di dalam, suasananya menyegarkan mata sekali. Interior yang bikin betah, gak ada poster top’s collection di dinding, peralatannya tampak lebih modern. Bukan, bukan berarti di pangkas rambut langganan gue nyukurnya masih pake golok, di barbershop tampak lebih lengkap aja alat-alatnya.

“Potong, Mas?” Tanya sang barberman.

“I-iya.” Jawab gue, ragu.

Mas barberman mempersilakan gue duduk, lalu memasang kain mengitari di leher gue, sehingga rambut gue yang terpotong nantinya tidak menempel di baju atau celana gue.

“Potong model apa, Mas?” Tanya dia.

Oke. Saat itu gue enggak tau nama model rambut yang kekinian itu apa. Kalo ke pangkas rambut biasa ya gue selalu bilang, “Rapiin aja.” Orderan “Rapiin aja” itu dengan detail sisi kanan-kiri ditipisin, sedangkan bagian atas rambut gue di potong dikit aja.

NAH INI GUE DI BARBERSHOP, CUY! MASA GUE BILANG RAPIIN AJA?! ENTAR KETAHUAN KALO GUE GAK GAHUL. :”

Gue berpikir keras untuk menyebut nama model rambut yang lagi hits saat itu. Hingga akhirnya gue inget namanya. “Undercut, mas.”

“Siaaap.”

Suara alat cukur yang menyala mulai terdengar, disusul kemudian kepala gue merasakan geli-geli nikmat, lalu perlahan rambut gue mulai berjatuhan ke kain yang menutupi gue.

20 menit kemudian mas barbermannya beres motong rambut gue. Dia bawa cermin berukuran agak besar berbentuk bulat dan memosisikannya di bagian belakang kepala gue. Tujuannya jelas: Biar gue bisa lihat hasil potongan bagian belakang kepala gue. Gak mau kan tau-tau bagian kepala gue begini:

Setelah dirasa posisinya pas, pantulan kepala bagian belakang gue terlihat di cermin. Gue mengangguk puas.

“Cukup? Segini aja? Atasnya mau dipotong lagi?” Tanya mas barberman.

“Udah, Mas.” Kata gue.

“Sekalian keramas?”

“Hgggg….” Gue mikir agak lama. INI POTONG RAMBUT AJA GUE GAK TAU BAYAR BERAPA MALAH DITAWARIN KERAMAS SEGALA.

“Kalo keramas tambah 10 ribu, Mas.”

LAH DIA TAU GUE GAK TAU ONGKOS.

10 RIBU ITU BISA DAPET SHAMPO BOTOL KECIL!

TEMPAT APA INI?! BUDAK KAPITALIS! #ANAKEKONOMI #GAKMAURUGI

“Gak usah, Mas.”

“Okey.”

Dia pun membersihkan sisa-sisa rambut di pelipis dan belakang leher gue dengan sikat yang bulu-bulunya lembut. Setelahnya dia melepas kain itu dan mempersilakan gue untuk membayar ke kasir.

Seorang cewek bertugas di bagian kasir dan tersenyum ke arah gue.
“Potong aja, ya?” Tanya dia, ramah.

Gue menangguk.

“25 ribu, Mas.”

OWALAH BEDA LIMA RIBU DOANG! TAU GITU KERAMAS SEKALIAN!

Gue mengeluarkan dompet, membayar dengan uang pas dan ke luar barbershop itu. Sambil memasukkan dompet ke kantong celana gue menyisir rambut gue dengan jari, sekaligus membuang sisa-sisa potongan rambut yang tidak jatuh, sambil berjalan pelan menuju motor gue.

Sampai di atas motor, sebelum memakai helm gue melihat pantulan diri gue di kaca spion. Memiringkan, lalu memaju mundurkan kepala agar bisa melihat hasil potongan rambut gue di barbershop ini, kemudian bergumam dalam hati,
“INI SAMA AJA HASILNYA KAYAK BILANG ‘RAPIIN, MAS’  DI PANGKAS RAMBUT BIASA AH! MANA GAK DIPIJET PULA. HHHHHH….”


----
Nb: di postingan barbershop story sebelumnya banyak komen yang bilang kalo ceritanya gantung dan mengira bakal ada sambungannya. Jadi, sebenernya barbershop story ini bukan cerita bersambung. Antara satu cerita dengan cerita lain gak ada hubungannya, satu-satunya kesamaannya cuma satu, yaitu temanya: kejadian random di barbershop. Ide awal barbershop story ini karena gue sering banget ngalamin kejadian random pas potong rambut, dan gue potong rambut juga sebulan sekali, so… jadilah postingan beginian.

Nb 2: Sebentar lagi idul fitri! Yeay! Jadi, gue mau ngucapin selamat hari raya idul fitri sekaligus mau minta maaf jika ada yang merasa tersinggung dengan postingan blog gue. Entah kalimatnya atau jokesnya, entah yang disengaja maupun gak disengaja, pokoknya gue minta maaf banget. Minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin, yaaaa. \o/




---
Sumber gambar:
http://m9dbet.com/berita/empat-pesepakbola-beken-yang-rambutnya-rontok/

31 comments

"rapiin, aja" uwooow.. sebagai orang indo asli, gue yakin kalimat ini sudah melegenda sejak dulu kala. dari jaman barbersopulus paliezavanicus sampe sekarang "barbershop gahul".

and, urusan dipijet pas udah potong rambut itu kadang ngeri juga sih, pas leher suruh dilemesin dulu, terus bunyi "kretek".

Reply

Wah gue sih biasanya kalo ke potong rambut bilangnya "Bang, yang sisi kanan potong 2,38 cm. Kiri 1,87 cm. Tengahnya biarin aja. Siap-siap buat serangan balik." *digampar

ANJIR LAH LO POTONG RAMBUT SEBULAN SEKALI? Kita hidup di dunia yang berbeda. Tapi keren ini serinya. Lanjutin Yog! Besok potong rambut lagi. Muahahah. Suka gue di bagian PANGKAS RAMBUT MAWAR FULL AC. :))

Reply

Dua puluh ribu itu udah terbilang mahal malah. gue kalo mau lebih hemat, mesti memacu motor ke wilayah seberang yg potong rambutnya masih sembilan rebu. kalo plus cukur bisa 12 rebu sih. di wilayah deket rumah, pangkas rambut yang rapiin doang bayarnya 15 rebu.

itu beenran lu potong rambutnya sebulan sekali, Pung? cepet amat panjangnyaaaa.. org kadang tiga bulan. itu istirahat-tutup-pindah-tutup kombo banget ngebeteinnya. gue paling banter gegara rame doang gajadi potongnya. xD

Reply

Lu gak doyan gondrong ya, Yog? Wqwqwq. Belum lama habis cukur, ini cukur lagi. Buseh dah. Boros euy. Gue dong pernah nggak cukur setahunan. *malah bangga* XD

Gue seumur-umur nggak pernah cukur yang sampai 25k. Rada males juga, sih, kalau nggak di pangkas rambut yang biasa aja. Kurang nyaman sama kemewahan. Halah tae. Jadi gue cukur yang sekitar 15-17k aja. Wqwq.

Reply

Sebagai rakyat jelata yang mentok ke pangkas rambut depan kompleks, tentunya slogan "Rapiin aja" adalah andalan. Biayanya juga berkisar 12-15 ribu. Nah, itu pangkas rambut kok bisa sampe 20 ribu sih? Udah kayak hidup di zaman kolonial Belanda!

Dari sekian banyak tren rambut, aku nggak sanggup lagi ngikutin tren belakangan yang rambutnya dipotong undercut, terus di garis belahan rambut dicukur pakai silet. Entah siapa yang pertama kali mengaplikasikan mukjizat Nabi Musa ke dalam permodelan rambut ini. Aku masih nggak paham esensinya. Huhu

Reply

potong rambu 25rb ya Allah :(

Aku liat ada barbershop yang ngehargain tarif potong rambu 15ribu aja pen nangis rasanya :( makanya, aku kalau potong rambut itu di potong rambut mas-mas yang harganya masih 8000an :( toh hasilnya sama aja. SAMA AJA NGGAK BENERNYA :(

Wkwkwkw lahir batin yog. Minta maaf diblog dimaafin kan ya :'

Reply

Sbg wanita yg tidak pernah nyukur atau mtong rambut d kang pangkas rambut pinggir jln dn barbershop, saya hnya bisa trtawa baca pglaman di postingan ini sm komen2nya. bkin ngakak :'D

Udah, gtu ajadah komennya. Wkwkw

Oiyaak, mohon maap lahir dn bathin juga bang yog..

Reply

Ternyata nggk cuma aku yg gatel klo pakai helm yg banyak bekas potongan rambut......hhhhhh :v

Aku klo potong rambut selalu minta cukur rapih aja, pernah sekali iseng iseng minta cukur ABCD (Abri Bukan Cepak Doang)........hhhhhhhh :v

Minal aidzin wal faizin mohon maaf lahir dan batinn kak. Maafkan aku kemarin punya banyak kesalahan dimasa lalu

Reply

Oke. Gw baru paham. Potong "rapihin" itu sama dengan undercut.

Dan juga baru tau kalo barbershop harganya 25 ribu.

Dan juga baru paham. Ternyata ditempatlu lebih mahal daripada disini :'

Mohon maaf lahir batin juga bang.

Reply

Iya yak. Bisnis barbershop lagi marak nih. Udah kayak warnet aja pas jaman dulu.

Itu nama tempat pangkas rambutnya mirip-mirip kayak nama guest house di Samarinda ya. Huahahahaha.

Kadang pengen sih ngerasain potong rambut di barbershop. Soalnya tempatnya bagus dari luar. Instagram-able. Nggak tau deh di dalamnya gimandos. Tapi ya.... mana ada cewek yang potong rambut di situ. HUHUHUHU. Aku potong rambut aja setahun sekali. Potong poni bisa dilakukan sendiri dan selalu kependekan :(((

Btw mohon maaf lahir batin juga ya, Yogs. Maaf kalau ada salah kata dan perbuatan. Maaf telah membuat nama baik Gemini bajingak jadi tercemar. :')

Reply

*kemarinnya* dihapus

Reply

Gue abis cukur ngasih uang dua puluh ribuan dikembaliin goceng aja agak nggak ikhlas. Gimana lu yang sebulan sekali, ya? :')

Mohon maaf lahir dan batin juga, bang. Dugaanmu tentang muka semester lima udah saya maafkan~

Reply

sebulan sekali? horang kayaaaah :D
jaman kuliah dulu aku mah potong rambut malah tiap liburan semester doang, gegara takut kena "sindiran" ibuk di rumah. habis masuk kuliah dan balek kost, siap-siap gondrong lagi muahaha

ebuset! 25rebu? mahal bener. barbershop di daerah solo yang pernah tak datengin pol-polan 15rebu, itupun udah sama kramas & pijet.

Reply

Buset 25ribu sekali cukur?!!! Disini aja 13 rebu udah mikir-mikir buat bayarnya. Jadi inget cerita temen gua, katanya dia kalo nyukur cuman ngincer pijatan nya doang, haduhhh

Reply

Murah loh itu keramas cumak sepuluh ribu. Bandingkan di Johny Andrean! :(

Reply

iya, kadang gue gak mau kalo di-kretek-in gitu, cuma pijit-pijit doang maunya. serem euy.

Reply

*keplak*

rambut gue cepet panjang soalnya. kalo gak sebulan sekali ya 6 minggu sekali. pokoknya lumayan cepet gue potongnya, gak kayak dulu. bisa 2-3 bulan sekali baru potong.

Reply

biaya hidup di balikpapan emang mahal sih :|

gue 2 minggu setelah potong biasanya udah kayak kembali ke rambut normal. 2 minggu lagi udah panjang xD

Reply

di sini potong rambut 15k itu jaman gue SMP anjer. pas SMA aja udah 18k, itu di pangkas rambut biasa. :|

Reply

DI BALIKPAPAN SEMUA SERBA MAHAL, KANG! :(

Kalo untuk kang Rido sih emang paling cocok 'rapiin' aja, atau sekalian cepak ngehe. ntapssss.

Reply

8000 ribu itu potong rambut jaman gue SD :(((

Reply

wkwkwk kalo cewek kan potong di salon woy :))

iya, mohon maaf lahir batin juga! :D

Reply

Iya. gue juga baru tau ternyata di tempat gue lebih mahal gara2 baca komen di atas anjer :'))

Reply

(((guest house))) pengalaman banget nih kayaknya :">

bagus sih di dalam dan emang foto-able. gue tiap lagi mo potong, sebenernya pengin foto2 gitu, tapi... LAKI-LAKI MACAM APA YANG SELFIE ANJER?!

Males ah gue maafin. :)

Reply

lo coba hidup di balikpapan, pasti nangis tiap hari, Rob. :')

maaf lahir batin juga \o/

Reply

gara2 ganti gaya rambut, makanya jadi sebulan sekali, soalnya jelek banget kalo panjang, jadi susah diatur gitu. padahal dulu gue suka gondrong. :|

buset. di sini ternyata mahal banget anjer. :|

Reply

KOTA BALIKPAPAN EMANG SERBA MAHAL TERNYATA YA ALLAH... :"

Reply

YOGA BAJINGAAAAAAAAAAAAK!!!!!!!!11111111

Reply

Aku paling takut pas abis dipijet, bunyiin leher kanan kiri, kalo tiba-tiba patah kan ga asik, masa pulang-pulang rambut baru tapi leher patah

Reply

Post a Comment

Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.

Terima kasih!