A Great Story Comes With Great Stupidity : Akhirnya Seminar Proposal Juga

Akhirnya Seminar Proposal Juga

Selayaknya mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, kegiatan gue belakangan ini gak jauh-jauh dari yang namanya skripsian.

Lebih spesifik: skripsian, kapan penderitaan ini cepat berakhir ya Tuhan?!


*backsound: musik kematian*

Jadi, proses skripsian yang gue lalui dimulai dari mencari judul. Beda dengan membuat novel yang judulnya bisa dipikirin pas naskahnya sudah jadi, skripsi gak bisa gitu. Kita harus menemukan judulnya dulu, baru deh mulai kerjain. Bedanya lagi, kalo judul novel ditolak penerbit, kita tinggal cari judul baru tanpa mengubah isi naskah, sedangkan skripsi, saat seminar proposal bisa aja disarankan penguji untuk merubah judul dan otomatis mengubah isi skripsi kita. Udah capek-capek nemuin judul, nyari teori buat bikin proposal, pas seminar proposal disuruh ganti. Lebih nyesek begini daripada diputusin pas sayang-sayangnya. Sumpah.

Mencari judul skripsi ini sungguh menguras pikiran. Dalam setiap aktivitas yang gue lalui, gue selalu kepikiran, biarpun gue udah se-masa bodo mungkin. Tiap mau tidur gue kepikiran, tiap lagi makan juga kepikiran, liat foto mantan, juga kepikiran dia sudah ngapain aja sama pacar barunya.

*backsound: lagu-lagunya Adele*

Setelah menemukan judul dan disetujui, gue pun mulai garap proposal (BAB I- BAB III). Gue mulai observasi untuk nyari data awal untuk dijadikan latar belakang, bolak-balik perpustakaan untuk nyari teori karena gue gak mau beli buku, mending pinjem dan difotocopy daripada beli satu buku tapi isinya cuma ada secuil dari teori yang gue pake. #MahasiswaEkonomi #GakMauRugi

Dalam menyusun proposal itu, gue sudah mengalami siklus umum mahasiswa tingkat akhir, yaitu:


Iya, siklus itu tidak akan berhenti sampai proposal gue di-acc untuk bisa lanjut ke seminar proposal.

Gue juga udah rasain yang namanya menunggu dosen pembimbing selama 2 jam tapi bimbingannya cuma 10 menit, ngeprint proposal berkali-kali sampe cartridge gue rusak, dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2 beda pendapat, dengerin suara syahdu pulpen dosen pembimbing mencoret proposal gue, hingga akhirnya keluar juga kalimat dari dosen pembimbing, “Oke, minggu depan kamu maju seminar proposal.”

AKHIRNYA DI-ACC JUGA! GUE BAKAL SEMINAR PROPOSAL JUGA! SELAMAT TINGGAL REVISI!

*Backsound: lagu-lagunya Maher Zein*

Satu minggu terakhir di bulan Maret kemaren gue isi dengan mengurus segala macam administrasi untuk ikut seminar proposal, mulai dari melengkapi dokumen persyaratan, fotocopy proposal gue 4 rangkap untuk 2 orang dosen pembimbing dan 2 orang penguji, tak lupa mengurus konsumsi bareng temen-temen gue yang bakal seminar juga. Begitu semuanya sudah beres, gue langsung nangis melihat isi dompet gue. BANGKRUT ABANG, DEK!


Kedua dosen pembimbing sudah berdiskusi untuk menentukan jadwal kapan gue dan temen-temen gue seminar, yaitu 2 April. Untungnya bukan 1 April, gak kebayang kalo pas 1 April gue seminar, pengujinya gak ngasih masukan apa-apa, proposal gue dibilang sudah sempurna, gue layak dapat penghargaan adipura, lalu dengan entengnya beliau bilang, “APRIL MOP! HAHAHAHAHA!!!!”
Bangke abis.

Undangan untuk para dosen pembimbing dan penguji pun sudah kami terima dari bagian administrasi, tinggal kami berikan undangan itu beserta fotocopy proposal kami. Semua proses itu gue lalui dengan lancar jaya, hingga akhirnya saat H-3….

“Loh? Saya nanti malam ke luar kota.” Kata dosen gue di ujung telepon.

“Bapak penguji kami di seminar proposal. Ini saya mau ngasih undangannya. Bapak kapan kembali dari luar kota?” Tanya temen gue.

“Tanggal 3 April.”

“….”

Kami berempat tatap-tatapan. Lalu saling berpelukan.

INI BISA-BISA GAK JADI SEMINAR YA ALLAH!!!

“Oke, kita bilang dospem 1 aja minta ganti penguji. Jam segini lagi ngajar. Kita tunggu aja.” Kata gue. Kebetulan dospem 1 gue adalah ketua program studi gue, jadi beliau yang ngatur-ngatur masalah begitu.

“Oke.” Temen-temen gue sepakat.

Bolak-balik liat jam, gak terasa kami sudah menunggu hampir 2 jam. Gue coba Tanya ke bagian administrasi tentang keberadaan dospem gue itu. Jam segini beliau seharusnya sudah selesai mengajar, tapi gue sama sekali gak liat keberadaan beliau. Apa jangan-jangan dospem gue tau kami sudah menunggu jadi beliau masuk ke dalam faklutas memakai jurus menembus tembok?

“Saya sih belum liat beliau dari pertama saya datang.” Kata mbak admin, “Coba aja telepon.”

“Uhhh… Oke, makasih, mbak.”

Temen gue segera mengambil handphonenya. Beberapa saat kemudian dia bilang, “Nomornya gak aktif.”

Kami berempat tatap-tatapan lagi. Lalu saling berpelukan lagi.

*backsound: lagu-lagunya Adele*

“Coba terus!” Saran temen gue yang lain.

Temen gue yang tadi nelpon memencet tombol redial dan mengarahkan handphonenya ke telinganya, memicingkan matanya, perlahan bibirnya terbuka dan berkata, “GAK AKTIF LAGI! HUHUHUHU!”

“….”

Temen gue gak menyerah, dia pencet tombol redial berkali-kali dengan penuh harapan bahwa teleponnya tersambung dan segera diangkat. Sudah mirip kayak berantem sama pacar yang cuek.

“GUYS! NYAMBUNG!!!” Kata temen gue, heboh.

Kami langsung sujud syukur.

“Hello…” kata dospem gue di ujung telepon.

Temen gue menjauhkan teleponnya, panik dan bahagia bercampur menjadi satu, dia nunjuk-nunjuk handphonenya lalu bicara dengan gerakan bibir tanpa suara,  “DIANGKAT! DIANGKAT!!! INI JAWAB APA?! JAWAB APA?!!!”

“IT’S ME!” Kata gue.

Mereka bertiga menatap gue dengan tatapan membunuh. Lalu mereka melanjutkan...

"I was wondering if after all these years you'd like to meet
To go over everything
They say that time's supposed to heal ya
But I ain't done much healing"

Setelahnya, temen gue menjelaskan permasalahan kami. Dospem gue ternyata lagi gak ada di kampus karena… sakit. Jadilah besoknya baru bisa untuk mencari penguji pengganti dan bikin undangan baru, alias H-2. Untungnya, proses mencari pengganti dosen penguji untuk seminar gue berlalu tanpa hambatan, undangan sudah jadi dan diberikan. 2 Hari lagi gue seminar.

*****

Hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Siang itu gue bersama ketiga temen gue sudah siap. Kami datang satu jam lebih awal dari jadwal untuk menyiapkan segalanya. Menyiapkan power point kami, menyiapkan konsumsi dan menyiapkan jurus pura-pura amnesia ketika gak bisa jawab pertanyaan dari dosen penguji.

Temen-temen gue yang masih pusing sama revisian datang untuk jadi penonton. “Kamu kok tenang-tenang aja? Kamu yang mau seminar kok aku yang deg-degan, ya?” kata mereka. Gue sendiri berusaha setenang mungkin, padahal dalam hati gue deg-degan setengah mampus.

Para dospem dan penguji sudah duduk di kursinya masing-masing. Seminar dibuka dengan pembukaan dan pembacaan doa. Seminar dilakukan dengan presentasi selama 10 menit secara bergiliran, setelah selesai semua, baru deh dikasih masukan atau ditanya-tanya.

Gue yang maju pertama, setelah selesai presentasi gak bisa lega begitu aja. Tiap temen gue yang lain maju, gue jadi deg-degan juga. Setelah semua selesai presentasi, bagian gak enaknya dimulai…

“Yoga, ini kata pengantarnya salah.” Kata penguji. “Di atas sudah mengucap puji syukur kepada Tuhan, dibagian bawah yang mengucapkan terima kasih tidak perlu ditulis lagi Tuhan YME.”

MASYA ALLAH… BARU KATA PENGANTAR SUDAH SALAH!

“Di Bab I, banyak paragraph yang tidak perlu. Mulai dari paragraph 3 halaman 1 sampai…” sang penguji membalil-balikan halaman proposal gue. “Halaman 3, itu dicoret saja.”

INALILLAHI… ITU SATU HALAMAN DICORET SEMUA?

Gue cuma bisa manggut-manggut aja nerima saran dari penguji. Sambil menahan rasa sesak di dada.

Kali ini gantian penguji 2 yang angkat bicara.

“Yoga… Dalam penelitian ini, anda menggunakan berapa variable?”

Mendapat pertanyaan seperti ini, gue curiga jangan-jangan pengujinya gak percaya kalo proposal ini gue susun sendiri. Ini kan pertanyaan mendasar banget.

“Terima kasih atas pertanyaannya, Pak.” Kata gue, tenang. “Saya menggunakan 4 variabel. 3 variabel x dan 1 variabel y.”

“Hmmmm…” sang penguji mengusap dagunya. “Yang mana variable terikat? Yang mana variable bebas?”

Mendapat pertanyaan mendasar seperti ini, gue jadi makin curiga jangan-jangan pengujinya gak percaya kalo proposal ini gue susun sendiri. Gue pun menjawab dengan tenang. Setelah selesai menjawab pertanyaan mendasar tadi, penguji mulai mengomentari isi proposal gue.

“Sama seperti penguji 1, kata pengantarnya tolong nanti dibetulkan.”

Gue manggut-manggut.

“Latar belakang juga kurang detail. Tolong ditambahkan.”

Gue manggut-manggut, lagi.

“Bab dua, aman.”

Gue sujud syukur. Karena bab 2 isinya teori-teori dan gue lumayan kesulitan nyari teori buat proposal gue, kalo disuruh nambahin, bisa nyita waktu banget.

“Bab tiga. Populasi dan sampel, di sini sampel kamu 171 dari jumlah populasi 299. Apa tidak kebanyakan? Waktu penelitianmu ituloh… Saya sarankan mengambil 30% dari jumlah populasinya saja.”

Dan… yeah, gue terima aja saran dari para penguji dan dospem saat itu. Karena gue yakin, mereka tidak akan memberatkan atau membuat sulit penelitian yang akan gue laksanakan. Malah mereka membantu kami agar kami bisa cepat melaksanakan penelitian, mengolah data, sidang dan lulus sebagai sarjana. Seminar pun selesai, ditutup dengan ucapan syukur dan…

“Kalian saya beri waktu untuk revisi selama 1 minggu, setelah selesai revisi, temui para penguji untuk minta tanda tangan, baru temui dosen pembimbing untuk meminta tanda tangan, baru kalian bisa mengurus surat melaksanakan penelitian. Paham?” kata dospem gue.

Kami berempat tatap-tatapan.

Perjuangan gue ternyata masih berlanjut. REVISI, GUE DATANG KEMBALI!

14 comments

Baru ngerasain revisi dan di coret2 pas mau skripsi. Gue udah kenyang ama yg begituan dari maba yog. Dkv keras jendral *sok membandingkan* *lempar cover skripsi*

Reply

Salah nih gue baca ginian. Jadi keinget revisian yang belum kesentuh sejal seminggu lalu.

Reply

Meh. Itu kan cuma matkul doang, nilai jelek bisa ngulang. Ini skripsi, kalo jelek, mau ngulang juga mikir-mikir :|

Reply

Salah nih gue baca ginian. Jadi keinget revisian yang belum kesentuh sejal seminggu lalu.

Reply

hiks,gagal pertamax ketinggalan mulu

Reply

ANJIR INI KOK LO BARENG-BARENAN GITU SIH SAMA TEMEN LO PRESENTAASINYA? ASOY BENER COOOOY! Muahahaha. Kata pengantar aja dikomen astaga. :")

Reply

pas sidang akhir baru sendiri-sendiri, Di. :))

Reply

Tapi masih mending bangyog nunggu dosbing berjam-jam gapapa deh daripada nunggu dosbing yg hobinya keluar negeri mulu nelantarin mahasiswa bimbingannya:')

Reply

...seriusan ke luar negeri? gue cuma bisa bilang: GOOD LUCK, YA! :')

Reply

Lo ngerjain skripsi berapa bulan? Galau sampe 2 bulan gue gara" disuruh ganti judul

Reply

4,5 bulan kalo gak salah itung. Emang dikebut sama dospem gue juga soalnya jadi agak cepet kelar :))

Reply

Salam kenal bang yog. Gue mau minta saran nih. Dosen pembimbing 1 gue kan lagi cuti 3 bulan.sdangkan gue udah di acc sama 2 pembimbing gue termasuk beliau. Kalau gue samperin ke rumahnya buat negosiasi dateng ke semprop gue sopan gak yah?

Reply

Post a Comment

Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.

Terima kasih!