Katanya, setiap manusia di bumi ini punya kembaran setidaknya 7 orang. Walaupun enggak
100% sama, tapi tingkat kemiripannya benar-benar bikin kita setidaknya
berpikir, “Itu si anu bukan, sih?”
Sudah
banyak cerita soal orang-orang yang bertemu ‘kembarannya’ ini. Cerita yang
pertama kali gue tau adalah ada orang Indonesia yang mirip dengan pemain bokep sepak bola asal Brazil, Ronaldinho.
Lalu
ada juga di Skotlandia sana, ada orang yang secara tidak sengaja bertemu
dengan orang lain yang mirip banget dengan dia saat akan naik pesawat. Epic-nya, mereka duduk sebelahan.
Terus
ada juga, seorang teman blogger kita, si Icha Khalifa yang ternyata mirip sama Mia
Khalifa.
Selain
wajahnya mirip, nama mereka sama-sama menggunakan nama ‘Khalifa’. Hmmmm… apakah
ini kebetulan?
Gue
sendiri juga sering sih dibilang mirip gitu sama seseorang. Terakhir ada yang
bilang gue mirip sama Andrew Garfield. Nama gue sendiri kebetulan Yogarfield
Cahya Putra. Hmmmm… kebetulan?
Satu
hal yang perlu diketahui adalah, dibilang mirip dengan orang lain, itu enggak
enak. Gue punya beberapa pengalaman perihal dibilang mirip dengan orang lain.
Kejadian
pertama, saat gue kelas 6 SD.
Saat
itu di SD gue ada anak baru, seorang cewek, murid pindahan dari Bandung. Sebut
saja namanya Desi. Nama panjangnya Desimalkan pecahan berikut ini!
Desi
ini murid yang cantik. Kulitnya putih khas orang Sunda, suaranya lembut, kaos
kakinya enggak kedodoran. Pokoknya gebet-able. Temen-temen gue pun banyak yang
naksir sama Desi. Berbagai cara dipakai oleh mereka untuk menarik perhatian
Desi. Setelah usaha yang berkepanjangan, doa yang terus dipanjatkan dan sujud
yang terus dilakukan, usaha mereka sia-sia.
Desi
sukanya ke gue. Muehehehe.
Dengan
cepat gossip menyebar kalo Desi naksir gue. Hingga akhirnya gossip itu sampai
juga di telinga gue. Sebagai cowok yang menuju akil baligh, ada cewek cakep
yang naksir ya jelas bikin gue seneng. Hidung gue kembang kempis, jantung gue
berdegup lebih kencang, kaos kaki gue kedodoran. Cinta monyet gue sesederhana
itu rupanya.
Hingga
tiba hari di mana Desi nyatain perasaannya ke gue. Seperti kebanyakan prosesi
tembak-menembak, orang yang ditembak selalu bertanya:
"Pada
tahun berapakah VOC berdiri?"
Oke,
bukan.
"Kenapa
suka sama aku?"
Yeah.
Pertanyaan itu selalu saja ditanyakan walaupun kita semua tahu bahwa 90% pertanyaan
itu basa-basi doang. Gue pun melakukannya, memberikan pertanyaan itu ke Desi.
“Mukamu
mirip sama mantan aku yang di Bandung.” Jawabnya.
“….”
Saat
itu gue ngerasa jawaban dari Desi ya normal-normal aja. Gue malah seneng bisa
membuat Desi ingat dengan kota asalnya. Keadaan ini jelas kontras dengan
sekarang, di mana ketika topik ‘mantan’ adalah sebuah topik yang sangat tabu
untuk dibicarakan oleh masing-masing pasangan. Entah berupa pujian atau celaan,
ketika dibandingkan apalagi disamakan dengan mantannya si pacar, tentu ada
perasaan sesak di dada.
Yha.
Jika ada yang gak suka dengan sikap pacarnya yang suka membanding-bandingkan
dengan mantannya, gue sudah merasakan pedihnya disama-samain kayak mantan.
Saat. Kelas. Enam. SD.
Menurut
gue, disamain dengan mantan itu lebih nyesek deh daripada dibandingin sama
mantan. Ketika kita dibandingkan dengan orang lain, kita bisa mengeluarkan
alibi bahwa ‘ini hidupku, aku jelas beda daripada dia.’
Coba
kalo disamain kayak mantan, selain nyesek karena ternyata dia masih inget
dengan mantannya dan menganggap diri kita adalah bayangan mantannya, kita juga
gak bisa mengelak saat disamain.
"Kamu
mirip banget sama mantanku."
"Oh
jelas beda! Hidungku permanen, mantanmu pasti hidungnya portable, kan?!"
Sulit.
*****
Kejadian
kedua, baru saja beberapa hari kemaren kejadiannya.
Jadi,
dari tanggal 1 sampai 4 februari kemaren gue ke Penajam dalam rangka nemanin
kakak gue yang diundang sebagai narasumber pelatihan karya tulis ilmiah untuk
guru SMP/SMA se-Penajam Paser Utara (PPU) yang diadakan oleh Kantor Balai Pusat
Bahasa.
Karena
lagi bosan dengan suasana kota Balikpapan dan lagi butuh pengalaman baru, yaudahlah
gue ikut aja, lumayan tidur gratis di hotel selama 3 malam. Sebenernya alasan
paling kuat sih yang terakhir ini.
Oiya,
Penajam itu kota di seberangnya kota Balikpapan. Untuk ke sana musti
menyebrangi teluk. Sebenarnya bisa sih melalui jalur darat, tapi jauh banget.
Opsi paling bagus jelas melalui jalur gaza. Oke, bukan. Jalur laut.
Melewati
jalur laut pun tersedia beberapa opsi.
1)
Menggunakan kapal feri, 30-45 menit sampai.
2)
Menggunakan kapal kayu (kelotok), 20-30 menit sampai.
3)
Menggunakan speedboat, 15-20 menit
sampai
4)
Berenang, 2 hari sampai.
5)
Mengapung, entah kapan sampai, tergantung arah angin, ombak dan takdir Tuhan.
Berhubung
kami membawa motor, opsi nomor 4 dan 5 jelas dicoret. Motor kami belum bisa
jalan di dalam air atau pun mengapung. Opsi nomor 3 pun juga dicoret, karena
motor kami enggak mau diseret oleh speed boat.
Kami
berdua pun akhirnya menjatuhkan pilihan dengan menggunakan kapal kelotok karena
jika memilih naik kapal feri takut telat dan lebih lama di perjalanan. Selain
itu kayaknya lebih murah naik kelotok deh. Sebenernya alasan paling kuat sih
yang terakhir ini.
Setelah
di menyebrangi laut selama 20 menit, kami tiba di Penajam Pukul 8.30 pagi. Kata
kakak gue, acara hari itu dimulai pukul 9 pagi sampai pukul 4 sore. Itu artinya
gue musti menunggu 7 jam untuk bisa menikmati hotel gratisnya.
Sampai
di tempat acara di salah satu SMP negeri Penajam, sudah banyak guru-guru dari
berbagai SMP yang hadir di ruang aula. Gue sendiri memilih untuk menunggu di
luar aula karena mendengarkan materi soal karya tulis ilmiah ini mengingatkan
gue akan skripsi. Gue enggak mau ter-flashback
dengan berbagai memori seputar skripsi: proposal, revisi, dosen penguji. Hih!
Sialnya,
sinyal provider gue bener-bener buruk di Penajam. Sinyal gue sering banget
hilang, kayak pacar yang mulai bosan. Gue jadi enggak leluasa mengakses
internet. Jangankan nge-youtube, nge-refresh timeline twitter aja kagak bisa!
Dengan kondisi sinyal begini, membuat hape gue seperti bekerja ekstra karena
musti memaksimalkan sinyal yang ada. Dengan cepat, kondisi baterai gue udah kayak
gaji di awal bulan tapi punya tagihan cicilan yang menumpuk. Terkuras habis.
…Padahal
baru satu jam gue di luar.
ENAM
JAM KE DEPAN GUE MAU NGAPAIN DI LUAR SENDIRIAN BEGINI?!
COSPLAY
JADI PATUNG?!
MALAK
ANAK SMP?!
Gue
pun memutuskan untuk masuk ke dalam aula, lalu membuka tas gue, mengambil
sebuah chargeran hape dan mencoloknya ke colokan yang ada di bagian belakang,
lalu duduk dan jadinya malah ikut dengerin materi.
Belum
ada 5 menit gue duduk. Tiba-tiba semua kipas angin di dalam ruangan berhenti
terputar, proyektor LCD mati, Young Lexx ngeluarin lagu baru. “Yaaaah… mati
listrik.” Kata seorang guru.
Yeah.
Sinyal
busuk.
Baterai
habis.
Mati
listrik.
Sebuah
sambutan yang bagus sekali, bukan?
Semua
narasumber yang tadinya duduk di depan pergi meninggalkan kursinya, menuju para
panitia yang berkumpul di belakang, mungkin untuk mencari solusi pemecahan masalah
mati listrik ini.
Kakak
gue mendatangi gue yang duduk sendirian di belakang, dua narasumber lain
mengikuti kakak gue. Salah seorang narasumber melihat gue dengan pandangan
aneh. Narasumber itu adalah sesosok bapak-bapak mungkin berusia 50-an. Beliau
berjalan pelan, sambil menunjuk gue dan mengeluarkan senyum yang enggak kalah
aneh dengan pandangannya.
“Waduh.
Jangan-jangan gue harusnya enggak boleh masuk nih?” tebak gue.
Berbagai
bayangan mulai muncul di kepala gue kalo ternyata beneran gue seharusnya enggak
boleh masuk karena dianggap illegal.
1)
Diusir ke luar ruangan
2)
Disuruh pulang ke Balikpapan dengan cara berenang
Bapak-bapak
itu kini ada di hadapan gue, tangannya yang tadi menunjuk berubah menjadi
terbuka seluruhnya. Pertanda mengajak jabat tangan? Atau mengajak adu panco?
Berhubung
tebakan pertama lebih masuk akal, gue jabat tangan bapak-bapak itu dan dia
mengeluarkan sebuah pertanyaan:
“Pada
tahun berapakah VOC berdiri?”
YA
ENGGAKLAH!
Bapak
itu dengan ragu bertanya, “Dari mana?”
Oke.
Itu pertanyaan yang aneh sekali karena biasanya orang yang pertama kali
bertemu, hal yang ditanyakan adalah perihal nama, bukan asalnya dari mana.
Jelas itu aneh! Untungnya otak gue segera konek.
Ah!
Mungkin maksudnya bertanya gue perwakilan dari sekolah mana? Mungkin gue dikira
guru yang ikut pelatihan ini!
“Oh,
saya adiknya Pak Ryan, Pak.” Jawab gue.
Si
bapak itu malah menatap gue dengan pandangan yang makin aneh. Beberapa detik
kemudian si bapak itu malah ketawa. Lalu melepaskan jabatan tangannya dan masih
memandang gue dengan pandangan aneh. Awkward.
Beliau
pun kemudian pergi meninggalkan gue menuju deretan panitia. Gue segera Tanya ke
kakak gue karena gelagat bapak-bapak itu aneh sekali. Kata kakak gue, beliau
ketua Kantor Pusat Balai Bahasa, Pak Iman.
LAH
KOK ANEH GITU KELAKUANNYA?!
Insting
mempertahankan diri gue tiba-tiba berubah ke mode on, karena jujur, gue takut. Pantat gue mulai cenat-cenut
karena cemas dan merasa terancam. Gue jadi diem-diem ngelirik si Pak Iman itu,
memperhatikan tiap gerak-geriknya apakah mencurigakan atau tidak. Gue lihat Pak
Iman mengeluarkan hapenya, lalu mengambil beberapa foto peserta pelatihan,
panitia yang sibuk mencatat dan gue.
Iya,
gue difoto. Diem-diem. Sama bapak-bapak pula.
Ya
Allah. Mau diapain foto gue? Jangan-jangan foto gue mau dikirim ke penjahat
biar gampang nyulik gue. Kalo gue sudah diculik, entar ginjal gue dijual. Gue
jadi makin takut.
Pak
Iman lalu mendatangi kursi gue, lalu duduk di sebelah kakak gue. Jadi posisinya
adalah Pak Iman, kakak gue, gue. Sebelum duduk, Pak Iman kembali senyum-senyum pas
ngeliat gue. Lalu bilang, “Alisnya bagus. Nyambung begitu. Hehe.”
Gue
cuma bisa menjawab, “Ehe.”
Padahal
dalam hati jerit, “YA ALLAH TOLONG LINDUNGI HAMBA-MU INI…”
Lalu
Pak Iman sibuk sama hapenya, gue sempet ngelirik beliau buka apaan, ternyata
lagi membalas WA. Waduh, jangan-jangan lagi nge-WA para penculik nih!
Pak
Iman lalu menoleh ke gue lagi. Senyum-senyum lagi. “Jarang loh ada orang
alisnya kayak masnya ini. Hehehehe.” Kata beliau.
“….”
YA
ALLAH, HAMBA CUMA PENGIN TIDUR DI HOTEL GRATIS, BUKAN JADI KORBAN PENCULIKAN.
Enggak
lama kemudian, Pak Iman menunjukkan hapenya ke kakak gue, “Mas Ryan, coba tebak
ini mirip siapa?”
Kakak
gue segera melihat ke layar hape milik Pak Iman, lalu ngelirik gue, lalu
ngelirik ke hape Pak Iman lagi, kemudian menatap ke Pak Iman. Seperti tau apa
yang ada di pikiran kakak gue, Pak Iman langsung melihat gue untuk ke sekian
kalinya sambil senyum-senyum lagi.
“Adiknya
Mas Ryan ini mirip sekali sama keponakan saya. Pas pertama lihat makanya saya
heran dan kaget, ngapain keponakan saya kok ada di Penajam? Taunya adiknya Mas
Ryan. Hahahahaha!”
Bapak
itu menyerahkan hapenya ke gue dan gue melihat foto seorang cowok yang 90%
mirip gue. Aslik. Mirip banget, bedanya cuma di alis gue lebih tebal dan
nyambung.
Gue
pun menghela nafas. Lega karena dugaan gue bakal diculik setidaknya enggak
terjadi, tapi ketika ingat bahwa muka gue pasaran, kok sedih, ya? :’)
---
Sumber
gambar:http://9gag.com/gag/3192295/ronaldinho-vs-ronaldikin
http://www.bbc.co.uk/news/uk-scotland-34679496
61 comments
Jgn2 keponakannya pak iman itu mantannya desi
ReplyAta desi itu mantan keponakannya pak iman
Jadi mnurut anda gimana?
.
Alisnya nyambung
Pacaran y alisnya?
Hayo ngaku
Itu cewek masih SD udah punya mantan, udah gedenya jadi playgirls anjis.. dan lu korbannya.. :')
ReplyBtw, jadi pengen insert image di sini, yg pernah gue kirim gak mirip yog, alisnya? Ngahahha
Itu teori dari mana tiap orang punya 7 kembaran? Biasanya sih agak wajar kalau orang dari suku yang sama punya bentuk wajah mirip. Dan, ada beberapa yang tampangnya pasaran sih :D
ReplyKata mamahku biasanya orang yang alisnya nyambung gampang dapat jodoh HAHAHA
ReplyDulu aku pengen banget punya alis yang nyambung dan tebal, soalnya ada temen aku yang alisnya gitu, cantik banget!
Itu kenapa sih mesti bahas kaos kaki kedodoran? hahaha
pengalaman banget ya waktu sekolah kaos kakinya kedodoran.
Dasar Muka Pasaran.
ReplyGue dong, muka supermarket :v
Gapapa dong kalo dibilang mirip sama yang ganteng2 :D
ReplyKebetulan aja itu mukanya kembar :v. Tapi lucu juga disama samain kayak mantan :v
ReplyEmot ":^" membuyarkan apa yang pengin gue komen, ya Allah. :(
ReplyMasih SD udah ditaksir cewek dan ngomong suka-sukaan. Gue ingetnya zaman SD kalau suka itu biasanya ngecengin.
ReplyAnjis. Gue pikir apaan itu lu disamperin dan segala difoto. Ternyata cuma dikira keponakan. Gue udah mikir lu pelaku kejahatan yang bikin listrik di ruangan itu mati karena nge-charge. Korsleting gitu. :')
Mirip andrew garfield, tskkira kamu mirip kucing garfield yg oren itu yog wkkkk piece
ReplyBtw icha mirip luluk anditha tu kadang2,..apa cuma perasaan gw aja ya ahaaaaaa
Jd kaka lo uda bpk2 yog?
Aku jg beberapa kali dimirip-miripin sama orang lain. Bahkan dosen pernah nanya pas ngajar "Kamu punya sodara di jurusan X ya?" sampe dibahas beberapa kali pas di kelas -__-
ReplyYaampun, berarti kamu udah berpengalaman bgt ya perihal dimirip-miripin sama mantan ini. Dari SD coba. Luar biasa!
Pak Iman banyak basa basinya ya haha. Kaga langsung aja gitu ngomong mirip sama keponakannya. Bikin orang mikir yang enggak enggak kan jadinya. Aahahahaha.
Em... tau nama keponakannya Pak Iman gak yog? Mayaan buat stalking stalking. Muahahaha :)))
ReplyHEH BAJINGAK PALKON RENGAT! ITU FOTONYA TOLONG DIKONDISIKAN YA!!!!!!!!!! HUHUHUHUHUHUHUU. Namaku juga nggak ada Khalifa-Khalifa-nya weh. Cuman cita-citaku aja yang ada Khalifa-Khalifa-nya. Yha, setinggi bangunan Burj Khalifa. Mhuahahahahaha.
ReplyEH HEH SATU LAGI!!!! AKU NGGAK SUKA YA KAMU BILANG MIRIP ANDREW GARFIELD! ITU MANTANNYA KEMBARANKU WOOOY! EMMA STONE!!! Huhuhuhu.
Bener banget, Yogs. Disama-samain sama mantan itu nggak enak banget. Kalau muka kayaknya masih mending. Kalau disamain sama sifatnya juga, aaah sedih sih. Tapi nyoba buat terima aja lah. :')
HAHAHAAHHAAHA KIRAIN PAK IMAN ITU PEDOFIL. UDAH NEGATIVE THINKING AJA INI AKU. HABISNYA NANYAIN ALIS NYAMBUNG SEGALA. Taunya yang salah itu muka kamu, Yogs. Hahahahaha. Yaudah, dipermak aja itu muka. Dimirip-miripin sama Yogaeskrim. Biar Yoga pangkat dua makin solid. ^__^
Masih SD udah punya mantan? Hah? Gila! Pacaran dari umur berapa itu weeey. :(
ReplyTapi dimirip-miripin sama orang itu kebanyakan nggak enaknya sih, gue juga pernah dibilang mirip si ini-itu. Iyain aja.
Selaw boy.
ReplyHari di mana postingan ini dipublish, sebenernya aku mau langsung ngasih komentar. waktu itu aku lupa, aku ngapain jadi akhirnya nggak jadi komentar.
Replysetelah sekitar satu minggu, ya tepatnya hari ini. aku udah pesimis. "duh paling udah ada postingan baru lagi nih" atau " pasti nanti komentarku paling buncit". nyatanya ternyata jumlah komentarnya baru sedikit.
ini lagi ngomongin apaan sih?
ya intinya, kayaknya mas Yoga ini lagi sibuk ya? sampe-sampe nggak sempet buat blogwalking?
ehe hee hee
Masih SD udh punya mantan? Gua naksir aja masih malu ngasih tau ke orang, nah Desy ini pamer mantannya mirip lu.
ReplyKirain bapak-bapaknya nanya-nanya gitu kaya pedofil mesum, parah banget sih ini. Atau kamu jangan-jangan sama keponakan si bapak kembar, terus yg 1 lg diculik, kaya cerita sinetron.
Anjir bener juga itu, disama-samain sama mantan lebih nyesek deripada dibanding-bandingin.
ReplyYa, punya muka pasaran terus dikira orang lain emang suka bikin kikuk sih. Tapi ada yang lebih canggung dari itu cees: pas kita manggil-manggil orang yang kita kira kenal, taunya bukan.
Tegaaaa...
ReplyNyamai icha khalifa sama Mia Khalifa. Tegaaaa
Gue dong mirip Leonardo Dicaprio
Reply#Uhuk
Btw kalo wajah kita mirip sama gebetan apakah itu berarti muka kita berdua pasaran?
Replykalo ada 7 berarti gue mirip
Replybenaaa - adeknya benaaa - ririn dwi arianti - widi viera - tantri kotak - ....
sisanya?
Yog, kasih yog.
ReplyTunggu apa lagi ^__^
Nah betul tuh kata Reni Novita. Biasanya yang alisnya nyambung cepat dapet jodoh..hehe
ReplyTapi kalau kita punya pasangan, ada saja yang bilang, eh ko mukanya mirip. Apakah itu jodoh ? Tapi tetap saja putus..wkwk
Itu kira2 mau kemanain ya mas fotonya. jangan2 benar agar gampang nyuliknya. Harus hati2 mas yog.wkwk
((VIERRA))
ReplyApakah Mak Ben ngerasa familiar dengan band ini, Mak Ben? Pasti familiar dongs :)))
Ampun, boy :(
ReplyYuks ah, May. Timpukin Yogaesce rame-rame!
Replymungkin jodoh
ReplyAnjirlah ni orang jaman SD udah ngerti pacaran, gue masih sibuk belajar naik2in rambut belakang biar mirip tsubasa.
ReplyGood ^_^
ReplyKasih, kasih cees.
ReplyJangan banyak mikir ^_^
Hahahaha...
ReplyFollback www.mangandosetiawan.com
Salam kenal
Terima kasih
Hahahaha
ReplyZaman SD, apalagi di tingkat akhir, gue masih serius belajar sepeda. Nggak punya mantan, ngomong sama cewek aja nunduk. :(
ReplyLho, kok seru ya difoto diem-diem gitu. Harusnya minta dong! Siapa tau hasil fotonya jernih.
FAMILIAR BANGET. SAMPE LIARNYA MENYAYAT HATI DAN PIKIRANMU, CHA
ReplyLemesin dulu, aja....
Replyalisnya nyambung, soalnya mereka sodaraan.
Replybahaha sebenernya pengin gue ceritain juga yang lo mention itu, tapi kepanjangan, jadinya enggak jadi. :))
Replyyang foto lo kirim itu juga mirip sih :')
itu teori umum sih. coba aja googling, pasti bertebaran hasilnya :))
Replywah baru tau gue kalo soal jodoh ini. Aminkan saja :))
Replyhuahaha entah kenapa kaos kaki kedodoran terlintas aja di kepala gue
nice try, san. nice try... *tepuk tangan*
Replyyoi
Replyiya ^__^
Replybandung keras, bos. xD
Replygue lebih takut mau diapa2in pake acara difoto diem2 segala :')
wadaw malah disamain kayak kucing :'))
Replybelum bapak2 sih. beda 3 tahun sama gue, tapi kan dia dosen jadinya ya panggil 'pak' aja haha
wadaw. itu berarti udah mirip banget ya :))
Replyiya, bikin gue suudzon aja sial :')
BUBAR WOY BUBAR APA INI
ReplyLoh kamu kan juga gitu :(
Replyiyain aja biar cepet. nice move!
huhu iya lagi sibuk banget kemaren, sampe mau nyentuh laptop buat nulis/bw aja gak bisa :')
Replypasti gue bw dong ya! sabar! :D
desy emang mantap soul~
Replygue sempet mikir gitu juga sialan :))
huahahaha bener cees, aku pernah nepuk pundak orang yang kukira temenku, ternyata salah orang. malu anjis :((
Replymereka emang mirip!
Replyjangan ngaku-ngaku, ya!
Replymungkin juga kalian kakak-adek.
Reply(((tantri kotak)))
Replybena mah mirip teh kotak *kabur*
katanya fotonya dikirimin ke istrinya buat ditanyain "tebak ini siapa?" haha, gue liat sendiri chatnya pak imam dari hapenya karena beliau ngasih liat
Replymirip tsubasa gundulmu.
Replysalam kenal...
Reply(((belajar sepeda)))
Replylah, malah narsis :))
Ketika bawa-bawa mia khalifa, gue berpikiran yang tidak-tidak. Kampret..
Replysumpeh demi apeh mirip Garfield spidolman ? *eheh
Replysaya juga sering takut kalau diliatin sama om-om di jalan :(
Post a Comment
Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.
Terima kasih!