A Great Story Comes With Great Stupidity : Sebuah Upaya Untuk Tidak Menjadi Anak Durhaka

Sebuah Upaya Untuk Tidak Menjadi Anak Durhaka

Kayaknya hampir semua anak di dunia ini pasti pengin bahagiain orang tuanya. Kalo pun gak bisa bahagiain, minimal gak nyusahin. Misalnya dulu lahirnya brojol sendiri. Ehe. *dikeplak*

And yeah… gue termasuk dalam golongan anak-anak yang pengin bisa bahagiain orang tuanya. Gue gak mau bikin mereka kecewa, apalagi sampai durhaka, terutama ke ibu gue. Ya bayangin aja perjuangan Ibu mengandung selama 9 bulan, terus melahirkan, tapi pas sudah gede malah durhaka, pasti beliau kecewa, kan? Astaghfirullah! Keren juga gue bisa nulis begini!

Mungkin kita semua sudah sering baca atau denger soal cerita Malin Kundang.


Buat yang belum tau, gue ceritain dikit. Jadi, itu kisah yang menceritakan tentang anak yang durhaka kepada ibunya. Si Malin merantau dan berpisah dengan ibunya. Hari demi hari terus berganti, sang Ibu terus menunggu kepulangan si Malin, tapi si Malin tak kunjung pulang hingga bertahun-tahun.

Suatu hari, Malin akhirnya pulang. Tapi, Malin Kundang yang sekarang sudah ganteng dan koaya roaya. Ibunya dengan penuh suka cita menyambut kedatangan si Malin. Bukannya senang bertemu dengan Ibunya, dia malah gak ngakuin ibunya yang miskin. Jelas ibunya kecewa dong, ya? Karena kecewa, dengan the power of emak-emak, si Ibu mengutuk Malin menjadi…

[spoiler alert]
Buat yang gak mau kena spoiler, bisa berhenti baca sampai di sini.
Kalo mau tau lanjutannya, ya silakan lanjut baca.

…Si ibu mengutuk Malin menjadi batu! Dan beneran, si Malin langsung berubah menjadi batu…

lalu bergabung dengan Mr. Fantastic, Invisible Woman, Human Torch dan membentuk Fantastic Four.

Berdasarkan cerita Malin kundang itulah, gue bener-bener takut ngecewain, apalagi sampai durhaka ke ibu gue. Ya… gue takut aja mengikuti jejak si Malin Kundang. Gue takut dikutuk jadi emas. Terus gue dijual ke toko emas Haji Yunus. Keluarga gue jadi koaya roaya tapi gue gak bisa ikut nikmati. :’)

Makanya, gue jadi anak yang penurut. Apapun perintah beliau, gue langsung lakuin. Gue gak mau ngebantah, apalagi berkata “ah” kepada orang tua.

Lagi asik nongkrong di luar, gue ditelponin disuruh pulang, ya gue langsung pulang (padahal baru jam 8 malam dan gue nongkrong di teras depan rumah), lagi asik di kamar mandi, disuruh keluar buat gantian, gue keluar (padahal lagi mules-mulesnya), lagi asik nonton liga inggris, disuruh ganti chanel ke Rodja TV, gue ganti. Kurang penurut apa gue?

Hingga datanglah tragedi itu…

Sore itu tampak biasa-biasa aja. Gue turun dari kamar gue di lantai 2 menuju lantai 1, lalu mengambil kunci motor gue di samping TV. Sebuah pertanyaan menghentikan langkah gue.

“Mau ke mana?” Tanya Ibu gue.

“Beli kuota di depan.” Jawab gue.

“Sekalian beli kecap, ya?” Ibu mengambil dompetnya, membukanya lalu menyerahkan uang 100 ribuan. “Beli 2 botol, yang sedang aja.”

Sedetik kemudian, uang tadi sudah berpindah tangan. Gue segera memasukkannya ke dalam kantong celana gue dan bersiap menuju garasi dengan kunci motor di tangan.

“Oiya, satu lagi…” Kata Ibu gue.

Gue kembali mematung, siap mendengarkan permintaan beliau.

“…beliin ibu pembalut.”


Ya Allah… cobaan apa ini?

Gue sebagai cowok disuruh untuk membeli property cewek seperti itu kan… malu. Cowok macam apa yang beli pembalut coba?! Selain malu gue juga takut dicurigai oleh penjualnya. “Hmmm… cowok ini ngapain beli pembalut? Jangan-jangan dia… mau mabok pake air rebusan pembalut?!”

TAPI INI GIMANA NOLAKNYA, YA ALLAH?! IBU LOH INI YANG NYURUH!

Ibu gue memberikan detail pembalut yang diminta. Mulai dari mereknya (gak perlu disebut karena gue tidak dibayar untuk menyebut mereknya), struktur dan karakteristik pembalutnya (bersayap) hingga jumlah isi dalam bungkusnya (yang isi 20, jangan yang 2.087.546).

Jujur, gue berat mengiyakan permintaan ini.

“Emang di warung depan rumah gak ada?” gue berusaha menolak secara halus.

“Warung depan tutup gitu.”

Gue langsung ke luar rumah dan ingin berkata kasar. Warungnya kenapa tutup pas pembalut ibu gue habis, sih?! INI PASTI KONSPIRASI!!!

KONS. PI. RA. SI!

Karena gue lebih takut dikutuk jadi emas daripada dicurigai pengin mabok pake air rebusan pembalut, berangkatlah gue.

Kelar beli kuota, sebelum pulang gue mampir ke toko yang gak jauh dari rumah gue. Gue menetralkan motor gue, memutar kuncinya ke kiri, mesin pun mati. Sebelum turun dari motor, gue memutar spion ke arah wajah gue.  Terlihat wajah pucat terpantul dari situ.

“Ah udahlah! Bodo amat aja! Orang di toko itu gak kenal lu juga!” gue berusaha meyakinkan diri sendiri.

Dengan langkah pasti gue mulai masuk ke warung itu. Rak demi rak gue lewati hingga akhirnya gue menemukan tempat kecap dan kawan-kawannya berkumpul. Gue mengambil 2 botol lalu mulai mencari di mana letak pembalut. Gue muter-muter dan tolah-toleh tapi gue sama sekali gak nemuin benda keramat itu.

“Mau beli apa, mas?” Tanya karyawati toko itu.

“Ummm…” gue tolah-toleh memastikan keadaan aman, lalu mengatakan benda apa yang ingin gue beli dengan nada yang benar-benar pelan dan cenderung hanya gerakan bibir, biar cukup gue, mbak karyawati dan kamera cctv yang tau. “Pembalut.”

“Apa, Mas?”

“Pembalut.”

“A-apa?”

“Pem... ba… lut.”

“HAH???”

AAAARRRRRGGGHHHH! MASA GUE MUSTI NGOMONG NYARING SIH?!

“Ada apa?” karyawati lainnya mendatangi gue dan mbak karyawati. “Nyari apa, Mas?”

OHSYIT! NAPA JADI 2 ORANG GINI!

Yaudahlah. Gue ngomong normal aja biar cepet kelar! Gue pasang wajah tak berdosa dan bodo amat. “Pembalut, mbak.”

“OH SOPTEEEEEEEEK?!” Jerit mereka berdua. “BILANG DONG!”

“….”

Pembeli lain yang denger jeritan kedua karyawati ini langsung memandang gue dengan hina. Mbak karyawatinya diem-diem nahan ketawa. Ya Allah… rasanya pengin ganti muka. LAGIAN SOPTEK ITU MEREK WOY! LAIN NAMA BARANG!

Gue pun di antar ke bagian belakang, rak berisi jejeran pembalut.

“Mau nyari yang merek apa?”

Gue pun menjelaskan sesuai dengan pesanan ibu gue tadi. Mereknya apa, bersayap dan isi 20.

Setelah gue jelasin, si mbak karyawati tadi mulai mencari. Tangannya berhenti di sebuah bungkusan pembalut. “Ini bersayap. Tapi isi 16? Gapapa?”

Karena gue sama sekali buta di dunia per-pembalut-an, gue iyain ajalah, ya. Biar cepet selesai tugas mulia ini. Di sinilah gue, berjalan dengan menenteng 2 botol kecap dan pembalut di tangan, menuju kasir.

Gue menaruh semua belanjaan gue tadi di depan meja kasir. Kedua botol kecap tadi dihitung menggunakan kalkulator sayur, lalu dimasukkan ke dalam plastik.

“Ini aja?” Tanya ibu kasir.

“Sama ini.” Gue nunjuk pembalut yang ada di depan gue.

Mata si Ibu kasir refleks mengikuti arah tangan gue. Lalu dengan cepat memandang gue, memandang pembalut lagi, memandang gue lagi, dengan tatapan hina dan tidak percaya. “Cowok kok beli pembalut?” Tanya dia.

“Titipan Ibu.” Jawab gue.

“Ohhhh….”

Entah kenapa gue ngerasa jawaban “Ohhhh”-nya si ibu kasir itu kayak gak percaya dengan jawaban gue. Kesannya dia tau kalo jawaban gue itu bohong karena dia tau pembalut itu bakal gue pakai untuk direbus dan airnya diminum biar mabok.

Si Ibu kasir tadi memberitahu jumlah belanjaan yang musti gue bayar. Gue segera mengeluarkan uang 100 ribuan yang tadi diberikan, menerima kembalian dan pergi dari toko itu.

FIX! GUE ANAK BERBAKTI!

*****

Sampai rumah gue segera memberikan plastik berisi titipan ibu gue tadi dan bergegas menaiki tangga untuk menuju kamar gue di lantai 2.

“Loh kok gini?” Protes ibu gue.

Gue menghentikan langkah kaki gue yang baru aja sampai di anak tangga ke dua. Lalu kembali turun ke ruang tengah di mana ibu gue berada.

“Gini… apanya?” Tanya gue, bingung. “Betul, kan? Pembalut, bersayap. Voila!”

“Iya… tapi lain yang ini.” Jelas ibu gue. “Ini untuk malam hari!”

LAH… INI PEMBALUT APA KUOTA SIH? KOK ADA UNTUK MALAM DAN PAGI SEGALA?! MANA GUE TAU APA BEDANYA?!

“Beli yang bungkusnya pink. Ini kan hitam.” Lanjut beliau.

“Emang gak bisa dipakai?” Tanya gue.

“Ya gak bisa, lah! Ini juga 35 cm. Panjang begini siapa yang make?!”

“Te-terus gimana?”

“Ya coba ke tokonya lagi, minta tukar.”

“….”

KENAPA COBAANMU BEGITU BERAT YA ALLAH….

Karena takut dikutuk jadi emas, gue kembali ke toko tadi, dengan sekantong pembalut tergantung di stang motor gue. Sampai di depan toko itu, gue kembali ketemu dengan si mbak karyawati-kampret-yang-ngasih-pembalut-ini.

“Kok kembali lagi, mas?” Tanya dia.

“Hehe iya. Salah. Pembalutnya yang bungkusnya pink. Bisa ditukar?”

“Owalah yang biasa, toh??? Masnya gak bilang!” Jerit dia sambil senyum-senyum minta di-smack down. “Bisa kok ditukar.”

LAH KAN GUE GAK TAU. HARUSNYA DIA SEBAGAI CEWEK YANG PAHAM DONG!

Pembalut yang gue beli tadi pun ditukar dengan pembalut (yang kayaknya bener deh kali ini, ada tulisan isi 20 soalnya). Gue kembali ke kasir dan bertemu si ibu kasir yang tadi. Dia menyerahkan uang lagi ke gue karena harga pembalut yang biasa ini ternyata lebih murah daripada yang sebelumnya gue beli.

“Emang buat siapa sih?” Tanya dia lagi.

SUDAH GUE DUGA DIA GAK PERCAYA DENGAN JAWABAN GUE TADI!

GINI AMAT BERBAKTI KEPADA ORANG TUA, YA ALLAH. :’)

Sampai rumah gue cuma berharap pembalut yang gue beli kali ini betul. Dan untungnya kali ini yang gue beli betul. “Nah, ini baru bener.” Kata Ibu gue.

Yeah. Walaupun sempet ngecewain karena salah beli, tapi bisa gue tebus dengan menukarnya lagi, gue rasa gue berhasil deh untuk gak jadi anak durhaka.




--
Sumber gambar:
http://dongengterbaru.blogspot.co.id/2015/08/malin-kundang-anak-durhaka.html


38 comments

Semoga ibu saya tidak membaca ini dan terinspirasi untuk menyuruh anaknya.

Reply

Bangga punya temen seperti Yoga C. Sangat menginspirasi dan menggugah nurani.

Next mission: daftarin umroh orang tua. Dengan DP 1 juta, dicicil 40 bulan, bisa berangkat di bulan ke-41. Kalau mau nanya-nanya bisa via WA.

Reply

berbakti banget ya, mau disuruh balik lagi ke tokonya. kan malunya jadi dua kali :') yang jualan juga baik, boleh dituker yang lebih murah gitu. harusnya mah jangan mau aja.
aku juga malu kalo beli pembalut tapi kasirnya cowo. jadi kalo mau beli liat kasirnya dulu, kalo yang jaga cowo, pindah ke toko lain. ribet.

Reply

Emang beli pembalut itu bisa menjatuhkan harga diri banget kah? saya udah berkali-kali disuruh beli ama kakak sepupu. Jgn2 dari dulu saya nggak bisa mudah dapat pacar karna harga diri udah pada jatuh pas beli itu.. ... ...

Yup. beli pembalut kalo nggak dideskripsikan dengan detail emang susah. waktu pertama kali beli pembalut di alpamart (biasanya beli di toko/warung yg jualnya dua jenis pembalut doang, tinggal nyebut warna bungkusnya), saya langsung liat ke rak bagian yg jual pembalut. karna merk yg biasa dipake gada, jadi nelpon kakak sepupu, beli yg merk lain gak apa katanya. ditutup teleponnya. mbak penjaganya nyamperin, nanya mau cari apa, saya jawab aja pembalut. dia nanya lagi, "yg merk apa? ukuran berapa? siang apa malam? bersayap apa nggak? yang isinya berapa?"

dicerca pertanyaaan banyak begitu ya saya bingung. saya jawab gatau. bukan saya yg mau make (antisipasi takut dikira mau dijadiin minuman mabuk dgn cara direbus. saya tanya aja ke mbaknya, boleh dikumpulin satu2 buat dipoto nggak? dibolehin, saya poto dan kirim ke kakak sepupu maunya yg mana. udah deh. apa ini bisa dihitung saya jadi anak berbakti pada kakak sepupu?

Reply

Harusnya pas masuk, main tebak-tebakan dulu sama kasirnya,

"Mba, main tebak2an yuk. Bersayap dan suka menghisap darah.. apa hayooo?"

"Drakula!"

"bukan, Pembalut! ngahaha"

kan jadi enak, merasa mba kasirnya udah dianggap keluarga.

Reply

FIX HAW ADEK SEPUPU IDAMAN!!!!!!!!11111!!!

Reply

APA-APAAN NEH NYAMA-NYAMAIN PEMBALUT SAMA KUOTA?! PENGHINAAN TERHADAP PROPERTY KEPEREMPUANAN. NGGAK TERIMAAA. TINGGAL HUBUNGIN ORANG DALEM, DIBLOKIR NIH DOMAIN.

Hmmm tapi kamu anak yang so sweet sih. Penurut abis (walaupun kayaknya itu pencitraan aja sih kayaknya)~ Uuuh~ Kebetulan tadi malam aku nonton film tentang hubungan anak dan Ibu yang erat. Anak yang 'berbakti' dengan menerapkan apa yang diajarkan Ibunya sedari kecil sebagai pedoman hidup sampai dia dewasa. Cuman yang di film itu sih sampe jadi psikopat. Kalau kamu mah jadi pucat ya:(

Setelah keperawananmu direnggut tes kesehatan, sekarang kejantananmu runtuh karena beli pembalut ya, Yogs. Kasihan. Sabar ya. Sering-sering aja begitu. Biar yang baca blog kamu ngakak mulu. HAHAHAHAHAHAHAHA.

Reply

Kamu bermental baja nak
Lain kali beli pembalutnya pake celana dalam aja, biar tambah kuat mentalnya

Reply

Gue padahal udah sempet lupa sama yang mabok air rebusan pembalut itu. Baca ginian, rusak lagi pikiran gue. Kok ada ya mabok pakai begituan? Mau mabok hemat ya, nggak gitu-gitu juga. :(

Gue juga pernah, Yog. Pas banget Nyokap nyuruhnya ketika beliau mandi sore. Jadi baru nyuruh gue saat di kamar mandi. Syukurnya belinya cuma di warung deket rumah. Jadi nggak harus memalukan seperti kisah lu itu. Yang tabah, ya~ XD

Reply

Syukurnya saya belum pernah disuruh beli soptek. Pertanyaannya, kenapa nggak langsung beli di minimarket aja? Tapi bakal ketahuan kasir juga, sih. Mau kasirnya cowok atau cewek, pasti ditanyain untuk konfirmasi soptek seperti apa yang dimau. Kayak beli susu kotak juga begitu. :))

Reply

Walaaah, ini yaaaa yang menjadi sebuah keluhanmu di twitter dulu. ._.

Tapi seriusan deh, aku penasaran apakah ketika seorang lelaki memakai pembalut, barang kita akan menjadi seperti hotdog? Pembalut itu bentuknya kek gimana sih? Penasaran deh aku.

Oh iya, terus itu. Ternyata kita berbeda ya Yog. Kalau kamu malu beli pembalut, aku justru kalau di Indomaret dan lewat bagian pembalut itu kadang aku sentuh-sentuh. Siapa tau ada orang di dalemnya wkwkw ._. aku emang ga tau malu kalik ya :((

Hahaha Tapi untunglah misimu sebagai anak yang berbakti telah sukses ya :' saya sebagai teman merasa sangat terharu :')

Reply

Masya Allah... Ternyata Ka Yoga ini sungguh berbakti pada orang tua. Nurut banget yaaa nggak nolak nolak gitu. Aku kalah! Salut!

Urusan pembalut, jangankan cowok.. Aku aja masih suka bingung beli untuk diri sendiri :/ Pokoknya kalo udah di depan deretan pembalut, jadi bingung milih yang mana. Bandingin antara dua merek, liat kelebihannya apalah. Ujung-ujungnya... Cari yang lebih murah ._.

Reply

Gua hampir makan pembalut njir, ditawarin roti Jepang, gua kira roti beneran ternyata...

Reply

Ketika ku masih kecil, aku bertanya soptek untuk apa? Apakah sama, kaya pampers? Dijawabnya iya.

Qiu sera sera, aku pun mau disuruh, beli soptek diwarung, karna gatau.

Semoga kaum lelaki terlindungi dari suruhan pembelian soptek, cukup bang yoga aja wkwk

Reply

Pernah ngalamin juga, tapi pas jaman SD sih. Jadi aman-aman aja, ngga sampai pucat pasi gitu mukanya. Hahaha
Dan anehnya dulu kan yang nyuruh beli, si Embak. Nah beliau ini men-konotasi-kan si soptek dengan nama Roti Tawar. Aku yang (waktu itu) masih polos kan ya nurut-nurut aja ya. Sampai warung mah belinya juga Roti Tawar. bener-bener roti tawar yang bisa dimakan. E pas sampai rumah, malah diketawain gegara aku-nya salah nangkep istilah "Roti Tawar"

D*MN! *Astaghfirullahaladzim

Reply

pasti disangka buat mabok air rebusan pembalut mungkin yang warna item lebih nendang. dan rekomendasi dari karyawan

Reply

alhamdulillah bisa menginspirasi penulis andalan gue.

aamiin. hmmm.

Reply

kalo nolak ntar aku dikutuk jadi batu, mb. :(

Reply

hahahaha, belom ngerasa sih minta beliin pembaluuuuttttt... tapi kocak asli cerita luh, bisa tuh pengalaman makenya juga

Reply

Yha, baru sekali beli pembalut aja udh heboh. Gue aja yg tiap bulan beli biasa aja kok. Wkwkw. Gue malah lebih suka pmbalut yg 30-35 cm buat pake shari2 dah. Klo yg pink ga enak kkcilan. Eh? Ngapa gue jelasin si? :(

Air rebusan pembalut buat mabok gmn rasanya dah? Gue blm pernah nyobain. Enak gak?

Reply

@ haw: gue sih malu pas belinya, walaupun sudah bilang titipan ibu tapi tetep aja orangnya gak percaya :')

WANJER LAH SAMPE DIFOTOIN. GOOOOKSSS!!!

@ icha: komentar, dijaga...

Reply

SEBUAH IDE BAGUS DARI MB DIAN! NANTI KALO DISURUH LAGI AKAN KUTERAPKAN!

Reply

(((HUBUNGIN ORANG DALEM)))

PENCITRAAN BLOG LU PEJWAN! KOMENTAR DIJOGO JOK!.

Reply

Ya Allah pengin berkata kasar baca komentar ini. :')

Reply

gue juga heran pas baca beritanya itu huahahaha.

kalo warung deket rumah mah... udah kenal, jadi lebih dipercaya. :')

Reply

ini Robby nanya sendiri jawab sendiri, akhirnya gue bingung bagaimana membalas komentarnya. okesip.

Reply

YA NGAPAIN LAKI LAKI MAKE PEMBALUT ANJERRRR?

(((siapa tau ada orang di dalamnya)))

INI IMAJINASI MACAM APA LAGI FEB? :')))))

Reply

(((CARI YANG MURAH)))

aku tak bisa berkomentar banyak, karena kamu yang cewek aja bingung kan? :')

Reply

jaman gue SD banget nih. Tiap diajak belanja terus gue nanya ke ibu sambil nunjuk pembalut yang eceran, "Bu, itu apa?"

"Roti jepang"

dan gue percaya aja. xD

Reply

dulu gue juga mikir soptek = pampers, tapi khusus buat cewek. :')

KALIAN SEMUA PARA LELAKI HARUS MERASAKAN SENSASI BELI SOPTEK JUGA!!!

Reply

HUAHAHAHAHAHAHA!
Sebuah pengalaman yang lucu xD

emang sih orang dewasa dulu suka nyebutnya jadi roti. :)))

Reply

silakan dicoba untuk membuktikannya.

Reply

Itulah kekuatan sebuah brand. :))

huahahaha karena sangklek adalah koentji!

Reply

silakan beli untuk merasakan sensasinya.

Reply

YAKAN SITU CEWEK WOY :(((

Gue juga belom nyobain, lo gih cobain :))

Reply

Contoh anak yang berbakti sama orang nih,

Reply

Post a Comment

Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.

Terima kasih!