A Great Story Comes With Great Stupidity : May 2017

Barbershop Story - Tunggu, ya...

Awal bulan ini gue baru aja potong rambut.

Sebenernya gue selalu malas untuk potong rambut. Entah kenapa tiap kali bercermin, gue selalu lebih suka rambut gue agak gondrong dibandingkan pendek, rapi dan klimis. Gue jadi kurang percaya diri karena menurut gue, rambut pendek dan rapi itu tidak cocok dengan kontur kepala dan struktur wajah gue. Atau dengan kata lain, rambut pendek mengurangi tingkat kegantengan gue yang sudah minus ini.

Alasan lain yang bikin gue malas untuk potong rambut adalah… malas antre.
Bagi sebagian orang, hal paling membosankan di dunia ini adalah menunggu. Entah menunggu antrean, menunggu panggilan kerja, sampai menunggu gebetan putus dari pacarnya. :’)

Gue sendiri termasuk golongan orang-orang di atas. Bukan, gue bukan golongan orang-orang yang nunggu gebetan putus dari pacarnya. Gue golongan orang yang gak suka menunggu.

Makanya, tiap mau potong rambut, gue selalu pergi ke barbershop tiap abis maghrib. Menurut gue, ‘abis maghrib’ itu adalah jam di mana enggak terlalu banyak aktifitas yang terjadi di luar rumah. Jadi, gue menyimpulkan kalo barbershop yang gue tuju pasti sepi. Bebas dari antre. Happy ending! ^_^

Dasar Majikan Jahat!

Dear hooman...

Di sini, aku, si Blaszczykowsky mau cerita lagi dikit.


Hmmm… sepertinya hasil membajak blog ini sebelumnya cukup sukses, ya? aku bacain komentar-komentar yang masuk di tulisanku itu. Ada yang bilang tulisanku lebih bagus daripada tulisannya si Yoga, ada minta aku aja terus yang nulis di blog ini, sampai-sampai ada yang bilang begini.


Yoga ngeblog dari tahun 2011 seumur-umur belum pernah dikomentarin begitu, aku baru sekali ngepost udah dapet komen begitu. Mhihihihi….

Blaszczykowsky 1 – 0 Yoga.

Tapi, ya aku bingung juga sih musti seneng atau sedih pas baca komentar yang masuk. Seneng karena enggak nyangka aja banyak yang suka sama tulisanku, sedih karena… gara-gara komentar itu, jatah makanku dikurangin sama Yoga! Dia iri dan dengki sekali sama aku.

Kalo biasanya aku makan 3x sehari, setelah tulisan itu terbit, aku cuma dikasih makan 2x. Itupun porsinya dikurangin setengah. Jangankan bikin kenyang, buat ngotorin gigi aja gak berasa.