A Great Story Comes With Great Stupidity : November 2016

Komik Strip Wahai Para Shohabat Bagian Pertama

Sebagai blogger, tentunya ada masa di mana kita jenuh. Mau pensiun ngeblog tapi sayang, mau update blog tapi gak ada ide. Berbagai cara sudah dilakuin untuk hilangin rasa jenuh itu mulai dari nulis kembali ke asal (gak peduli bagus apa enggak), gabung ke grup blogger untuk cari teman dan suasana baru, atau juga yang lebih intim: bikin geng blogger.

(((intim)))

Di awal bulan Februari 2016, gue bersama Adi KeribaKeribo, Daus SalahTulis dan Ichsan AyamSakit secara tidak sengaja memutuskan untuk membuat geng blogger bernama Wahai Para Shohabat. Sebuah nama yang juga tidak sengaja ditemukan karena saat itu lagi bahas soal bit-nya Hifdzi Khoir yang lagi impersonate ustadz.

Hampir tiap bulannya kami membuat proyekan menulis di blog. Menulis dengan tema tertentu lalu meramaikannya dengan main hestek di twitter. Mulai dari proyekan yang paling cupu yaitu nulis cerita fiksi bertema lift, bajak-bajakan blog, mengubah dongeng Cinderella, membuat tutorial sulit, sampai membahas soal kiamat.

Semua proyekan kami dapat dicari di blog ini dengan label: #WPS

Tapi, lama kelamaan kok bosan juga ya nulis mulu?

Adalah Adi yang pertama mengutarakan ini, dia pun mencanangkan sebuah ide untuk proyekan selanjutnya: kita akan membentuk Negara baru! Uhuy!

Ketika Sebuah Lagu Menjadi Mesin Waktu

Setiap kali nonton film Doraemon, gue selalu kepikiran gimana kalo gue punya mesin waktu. Apa yang bakal gue lakuin? Apakah gue bakal kembali ke masa lalu lalu mencegah diri gue di masa lalu ketika akan mengambil keputusan bodoh, atau kembali hanya untuk disakiti. Eh, bukan. Maksud gue, apakah gue akan kembali hanya untuk sekedar bernostalgia.

Gue jadi inget trilogy film The Butterfly Effect. Film yang menurut gue keren banget karena si tokoh utama memiliki kemampuan untuk kembali ke masa lalu dengan tujuan memperbaiki kesalahannya di masa lalu untuk menciptakan ‘masa sekarang’ yang sesuai dengan keinginannya, yang tentu aja berefek ke semua orang, gak hanya dia.

Di butterfly effect pertama, si tokoh utama bisa kembali ke masa lalu jika membaca diary-nya. Kita semua tau bahwa dengan tulisan kita bisa menciptakan ‘mesin waktu’, yang akan membantu kita untuk ‘kembali’ saat membacanya. Untuk itulah gue ngeblog, biar bisa inget gue ngapain aja.

Butterfly effect kedua, si tokoh utama akan kembali ke masa lalu saat ia melihat foto. Setelah gue pikir-pikir, jika emang ada orang yang memiliki kemampuan begini, terutama cewek, pasti bahaya banget. Saat melihat foto jaman dulunya, dia akan kembali ke masa lalu, kemudian saat difoto akan menahan nafasnya, biar gak keliatan gendut, lalu kembali ke masa depan lagi. Sungguh berfaedah sekali.

Di butterfly effect tiga lebih cihuy lagi, ada adegan dewasanya, cuy! Anu… maksud gue si tokoh utama bisa kembali ke masa lalu hanya dengan mengingat detail kejadian di masa lalunya, voila! Dia kembali ke masa lalu!

Gokil.

Tapi, kekuatan si tokoh utama ini memiliki kelemahan. Dia pasti akan susah punya pacar karena gampang ter-flashback, terjebak di masa lalu, dicap gagal move on. Karena dia bakal kembali ke masa lalu pas chating sama mantan dan si mantan mulai ngechat dengan struktur kalimat standar untuk mengingat masa indah di masa lalu: “Kamu inget gak pas dulu…”

Mantan emang paling bisa bikin ter-flashback, ya. :’)

Gue setuju 3 hal di atas emang bisa menjadi ‘mesin waktu’ yang membawa kita ke masa lalu, tapi menurut gue masih ada satu hal lain yang bisa dijadikan mesin waktu, yaitu… lagu.

Bagi gue, ada lagu-lagu tertentu yang bisa bikin gue inget dengan seseorang, kejadian, bahkan mewakili orang tersebut ketika lagi dengerin lagunya. Misalnya aja ini:

Mari Kenalan Dengan Benda Keren Ini

Gue merasa beruntung punya bapak yang kerjanya tentara. Selain tampak macho, keren dan tegas, menjadi anak tentara juga mendatangkan keuntungan lainnya. Bapak sering banget dapet benda-benda keren dari kantor. Kalo pun bukan benda, ya makanan. Jatah mantan, eh pembagian, begitu katanya.

Gue inget betul dulu bapak paling suka bawain gue macem-macem makanan. Biasanya beliau bawain makanan tentara saat di medan perang gitu, mulai dari nasi kaleng, susu ransum, sate anaconda, biskuit gabin.

Nasi kaleng itu yaaaa… nasi di dalam kaleng, dengan variasi lauk di dalamnya. Ada empal daging, ayam kecap, anaconda saus tiram, macem-macem pokoknya! Cara masaknya ya rebus aja nasi kalengnya, entar mateng, dibuka, makan, kenyang.

Sedangkan susu ransum itu susu yang mirip energen tapi rasanya lebih bervariasi dan lebih banyak menggunakan rasa buah, kayak buah dada strawberry dan durian. Cocoknya minum susu ransum sambil nyemil biskuit gabinnya, karena ini biskuit kerasnya naudzubillah. Kayak hati mantan yang sudah move on duluan. Jika gak pengin gigi sakit, sebaiknya makannya sambil dicelupin ke susu ransumnya dulu. Jika pengin ekstrim, makannya bisa bareng anaconda. (INI KENAPA ANACONDA MULU, BANGKAI?!)

Balada Wisuda


Tanggal 27 Oktober kemaren, momen bersejarah itu akhirnya datang juga.

Sebuah momen yang dijadikan salah satu resolusi saat menjelang pergantian tahun.

Sebuah momen yang menyatakan bahwa kamu bukan lagi seorang mahasiswa/i.

Sebuah momen yang hanya sehari tapi persiapannya berhari-hari, khususnya bagi para cewek.

Yeah. Wisuda.

Gue resmi menjadi sarjana.

YEAH.

*****

Menurut undangan, acara wisuda dimulai pukul 8 pagi. Tapi, malam sebelumnya, pada saat gladi resik, kami diberitahu bahwa kami disuruh datang pukul setengah 7 pagi. Paling telat pukul 7. Sebagai anak yang bercita-cita menghapuskan tradisi jam karet di Indonesia, gue jelas datang pukul… 7 pagi. Jika masih ada toleransi telat, ya telat aja gapapa kan? ^_^

Bertempat di BSSC DOME, sampai di tempat acara pada pukul 7 pagi, gue langsung mengeluarkan baju toga, topi dan kalungnya dari dalam tas, lalu memakainya. Gak mungkin dong gue pake baju toga dari rumah lalu pergi ke DOME naik motor. Entar dikira Batman dapat shift pagi.