A Great Story Comes With Great Stupidity : September 2016

#Ngomentarin: Starter Pack Untuk Gaul

Dari tahun ke tahun, perkembangan model pakaian itu cepet banget. Tiap tahunnya, bahkan tiap bulan selalu aja ada aja model baju baru. Beberapa hari yang lalu, rame tentang foto baju bolong-bolong yang ada di salah satu mall dan harganya mahal banget. Bahkan lebih mahal baju itu daripada gaji harian kuli bangunan. :"


TIGA RATUS EMPAT PULUH SEMBILAN RIBU SEMBILAN RATUS RUPIAH!

Melihat harga pakaian yang lebih mirip kain pel begitu, tiap liat ada yang beli bawaanya pengin langsung datangin dia dan teriak, “PENDOSA! PENDOSA! PENDOSA!”

Sebagai anak ekonomi tentunya gue berpikir bahwa tindakan membeli pakaian bolong-bolong itu adalah perilaku konsumtif. Tujuannya hanyalah untuk memenuhi keinginan, bukan kebutuhan. Keinginan untuk dibilang gaul. Bukan kebutuhan untuk melindungi tubuh si pembeli. Misalnya aja dia mau ke mall nih naik motor. Dipake siang-siang bikin gosong tidak merata, kalo dipake malam-malam malah bikin masuk angin. Kalopun sampe mall belum tentu lolos dari satpam. Huhuhu.
Jadi, bagi anak ekonomi, membeli baju bolong-bolong itu merupakan tindakan penuh dosa.

PENDOSA! PENDOSA! PENDOSA!

Daripada uang Rp 349.900 dibelikan 1 baju bolong-bolong dengan merk terkenal yang bikin pemakainya masuk angin, mendingan uangnya dibelikan selusin baju biasa. Lalu dipakai tiap hari, sampai bolong-bolong, baru deh jual dengan harga Rp 349.900.

Coba itung, 12 x Rp 349.900 = Rp 4.198.800

EMPAT JUTA, CUY! GOKIL. PELUANG BISNIS NIH!

Selain baju bolong-bolong, sekarang juga lagi nge-trend juga yang namanya ripped jeans alias… celana jeans sobek-sobek. Jadi, mereka jual celana jeans yang udah sobek-sobek dari sononya, bukan sobek secara normal karena keseringan dipakai oleh pemiliknya. Ide ini mungkin didasari dari banyak yang pengin pake ripped jeans tapi untuk bikin bolongnya alami susah dan lama, dibolongin sendiri pake silet, cutter atau chainsaw hasilnya jelek, voila… KITA JUAL AJA RIPPED JEANS!

Ide cemerlang ini kalo dipikir-pikir hampir mirip kayak mau punya pacar tapi gak mau ribet diproses kenalan, PDKT, hampir kena PHP karena dia PDKT gak sama lo aja. Untuk mendapat pacar secara singkat ya… REBUT AJA PACAR TEMEN!

Bangkai.
 
Ripped jeans yang bener

Ripped jeans yang salah
Selain baju dan celana, sempet juga ada yang jual sepatu bolong-bolong juga dengan harga mahal. Sama seperti ripped jeans, ide ini mungkin didasari dari mitos sepatu conv*erse.

“Makin buluk, makin keren.”
harganya 8 juta :"
Ingat, mitos itu hanya berlaku untuk sepatu, tidak untuk jomblo. Karena mitosnya bakal berubah jadi “Makin buluk, makin gak laku.” :’)

Anyway… Gue pun menyimpulkan, ketiga item ini merupakan starter pack untuk gaul saat ini. Starter pack tidak akan ada tanpa adanya role mode alias orang pertama yang memakainya dan kemudian menjadi trend. Misalnya aja kumis dan brewok jadi ngetrend karena Wak Doyok, maka ketiga item bolong-bolong tadi tentu role mode-nya adalah… gembel.
Iya, gembel. Setelah sekian lama cari perhatian dengan memakai baju bolong-bolong, celana bolong-bolong, keliling ke sana ke mari, dikejar satpol pp, akhirnya usaha kerasnya untuk menjadi influencer di dunia fashion tidak sia-sia. :’)

Mungkin emang zaman sekarang ya gaulnya adalah dengan berpakaian ala gembel begitu, karena tiap zaman pasti punya starter pack untuk gaul. Gue pun dulu juga membeli item-item tertentu sebagai starter pack untuk gaul pada masa itu. Tapi namanya juga perkembangan zaman, starter pack gaul zaman dulu ya cocoknya di zaman itu, gak bakal cocok dipakai di masa sekarang (2016).

SD (2000-2006)
Zaman gue SD dulu, seorang murid dikatakan gaul apabila memakai tas dengan tali satu. Jika tas pada umumnya punya dua tali, maka tas gaul ini hanya punya satu tali dan cara memakainya disilangkan di dada, jadi tas ini hanya bertumpu di salah satu bahu. Oiya, ini bukan tas selempang/post-man bag, ya.

Tas ini cocok untuk murid pemalas karena kalo murid rajin yang memakai tas ini, pasti bahunya turun sebelah dan dia jalannya miring. Murid rajin selalu membawa semua buku ke sekolah dan ini… BERAT, CUK!

Selain tas tali satu, saat itu juga ngetrend tas seret. Jadi, di tasnya ada rodanya gitu kayak kotak infaq masjid dan kalo capek digendong, tinggal tarik dan seret aja. Mirip koper gitulah.

Untuk item di luar sekolah, saat itu di SD gue ngetrend banget pake topi tapi bagian kepalanya bolong. Cuma ada lidah topinya doang. Mirip topi yang sering dipakai pemain tenis gitu. Kalo pake topi begini ke sekolah. Beuuuuuh. Dijamin, langsung disita guru.

Biar makin gaul, saat itu kami melengkapi dengan membeli pin atau bros yang dijual penjual mainan yang mangkal di depan sekolah. Makin banyak pin yang ditempel di tas, makin gaul. Ini salah satu pin kebanggaan gue dulu:

Kalo sekarang gue make pin itu, pasti gue dikucilkan dari pergaulan.

SMP (2006-2009)
Masa SMP adalah masa di mana kami menuju puber. Masa di mana kami mulai berani untuk suka dan nyatain perasaan ke lawan jenis. Masa di mana kami pengin dianggap anak gaul dan gampang dapetin pacar.

Saat itu lagi rame-ramenya distro. Sumpah, banyak banget distro. Hampir di tiap sudut jalan pasti ada aja distro. Gue sempet mikir, “Ini distro atau tikus? Cepet amat berkembang biaknya!”

Karena lagi rame distro, jelas biar gaul ya apa-apa beli di distro. Gak ada lagi yang namanya beli di mall.

Beli baju, di distro.

Beli celana, di distro.

Beli bawang merah, di distro.

SEMUA DI DISTRO! GILA!

Starter pack untuk menjadi gaul saat itu adalah baju kaos yang lengan dan panjang bajunya itu pendek alias cingkrang, dipadukan dengan boxer dan celana botol atau pensil, jangan lupa memakai celananya dibawah pinggang jadi merk boxernya bisa keliatan.

Kalo udah make starter pack begini saat jalan bareng temen. FIX, NAK GAHUL!

Kalo zaman sekarang make starter pack begini saat jalan bareng temen. FIX, DIKUCILKAN DARI PERGAULAN!

Karena kalo ke sekolah gak mungkin pakai starter pack seperti itu, maka biar keliatan gaul di sekolah ya bisalah make jaket jumper atau hoodie hasil beli di distro. Untuk pelengkap, jika saat SD kami menggunakan pin, maka di SMP, semua tag merk barang hasil beli di distro itu digantung di tas. Makin banyak tag merk-nya, makin gaul.

SMA (2009-2012)
Selayaknya anak SMA kebanyakan, membuat band menjadi salah satu goals anak SMA masa itu. Sayangnya gue cuma bisa main suling, jadi ya gue gak memasukkan bikin band menjadi goals. :’)

Saat itu juga lagi booming musik metal, rata-rata temen gue pun bikin band metal dan ini berpengaruh sama gaya berpakaian. Starter pack anak gaul masa itu adalah skinny jeans hitam, baju kaos band-band metal (entah luar negeri, lokal atau band temen sendiri) yang biasanya warna hitam juga dan sepatu sneakers. Biar lebih gaul, jika saat SD item pelengkapnya adalah pin, lalu pas SMP adalah tag-merk baju, maka di SMA… stiker band-band metal yang ditempelin di sekujur helm. Makin penuh stiker, makin gahul.

Bahkan ada yang nempelin di kaca helmnya juga.

Ehm. YA ENGGAKLAH.

Nah, untuk yang gak suka musik metal, starter packnya cenderung lebih normal. Celana jeans, kaos, jaket varsity (baseball), sneakers. Tampak normal dan gaul abis.

***** 
Makin dewasa cowok kayaknya starter pack-nya makin normal dan cenderung gak aneh-aneh. Karena menurut gue, cowok itu simpel banget pakaiannya. Kami, para cowok selalu punya item-item yang tak lekang oleh waktu kayak celana jeans, kaos hitam dan putih, jaket dan sneakers. Jadi, biarpun gak ngikutin perkembangan fashion yang makin gila (entah model ataupun harganya), kami masih mampu bertahan hidup dan gak dikucilkan dari pergaulan.
…dan ingat,

Uyeah, beibeh. Kalo kamu, gimana starter pack-nya?



Nb: harusnya gue nyebut denim bukannya jeans, karena jeans itu nama produk. Tapi karena takut pada bingung, yaudah gue sebut yang umum aja.

---
Sumber gambar:
https://www.suratkabar.id/19948/gaya-hidup/walah-baju-bolong-bolong-ini-bikin-geger-netizen-lantaran
http://www.basenotes.net/threads/370802-good-look-or-not-ripped-jeans-on-men
http://wheretoget.it/look/1999068
http://www.highsnobiety.com/2015/01/20/mens-ripped-jeans/
http://www.ebay.com/bhp/womens-ripped-jeans
http://wolipop.detik.com/read/2016/08/30/113957/3286702/233/desainer-jual-sepatu-kotor-dan-rusak-seharga-rp-87-juta-jadi-kontroversi
https://www.brilio.net/news/tren-fashion-unik-kaos-rombeng-ini-dijual-ratusan-ribu-di-mal-151218v.html
http://www.tashawa.com/jual-tas-anak/
https://indonesian.alibaba.com/product-detail/multi-functional-outdoor-sport-chest-pack-bag-pouch-belt-school-bag-one-strap-school-backpack-for-kids-es-h198--60218549755.html

Seandainya Bukan Sepatu Kaca

Kemaren malem gue chat sama temen gue, cewek. Dia gak bisa tidur padahal sudah pukul 2 malam. Sebagai cowok macho gue pun nyuruh dia untuk dengerin lagu yang mellow biar cepet ngantuk dan tidur, karena biasanya cara itu berhasil. Gue pun merekomendasiin dia lagunya Asking Alexandria – When Everyday’s The Weekend.

Iya, itu lagu metal bukan lagu mellow.

Iya, itu biar pas dia dengerin seluruh keluarganya di rumah bakal terbangun dan headbang bareng.

Iya, Yoga emang bangke suka ngerjain cewek.

Balasan chat pun muncul, dia ngirimin gue gambar quotes yang bertuliskan: "ketika seseorang memintamu untuk mendengarkan lagu, itu artinya liriknya sangat berarti bagi dia dan dia ingin menyampaikannya kepadamu."

Hening.

…lalu dia bilang "kode" diakhiri dengan emot senyum.

Double hening.

Akhirnya gue sadar, ternyata anak-anak jaman sekarang, terutama cewek, mereka itu suka banget sama quotes. Entah quotes cinta-cintaan, motivasi ataupun klik 1 dan lihat apa yang terjadi. Pikiran mereka telah terkontaminasi oleh quotes yang bertebaran di berbagai media sosial! Beda banget cewek-cewek pas zaman gue SMP dulu, zaman di mana mereka lebih terinspirasi cerita-cerita dongeng ala putri kerajaan macam Cinderella, Putri Tidur dan Si Buta Dari Goa Hantu. Mereka ingin hidup dan tumbuh sebagai ‘putri’ dan mendapatkan jodoh seorang pangeran tampan, lalu hidup bahagia di istana.

Walaupun kisah dongeng itu kebanyakan untuk cewek, tapi ada satu cerita yang gue yakin se-macho apapun kalian para cowok, kalian pasti tau gimana alur cerita dari Cinderella.

Buat yang pura-pura lupa, mari kita dengarkan lagunya Radja - Cinderella. Oke, enggak. Kira-kira begini ringkasan ceritanya:

Run! Run For Your Life!!!

Kita semua tau apa artinya ketika lagi jalan, sepanjang jalan yang biasanya hanya hamparan rumput luas mendadak penuh dengan kambing, sapi dan naga. Sepanjang jalan yang biasanya bau asap kendaraan, kini bercampur dengan bau pesing dan hasil ekskresi hewan-hewan ternak.

Yap, IDUL ADHA IS COMING!

Anehnya, orang-orang yang berjualan hewan kurban dadakan ini selalu aja masang tanda berupa “JUAL HEWAN KURBAN” di depan tempat hewan-hewan itu berkumpul. Sebenernya gak usah dikasih tulisan gitu kan orang-orang juga mikir, “Wah kok tiba-tiba banyak kambing sama sapi nih? Oiya, mau Idul Adha! Beli ah untuk kurban!”

Gak mungkin kan, karena gak dipasang tanda ‘Jual Hewan Kurban’ itu, lalu ada orang datang dan nanya ke abang-abangnya, “Pak, sapi yang kekar itu harganya berapa ya? Saya mau beli untuk kurban.”

“Wah, maaf, Mas. Ini sapinya gak dijual.”

“Loh? Jadi ini sapi rame-rame begini ada apa, Pak?”

“Oh ini lagi KOPDAR Komunitas Sapi Kekar.”

“….”

GAK MUNGKIN GITU, KAN?!

Ngomong-ngomong soal Idul Adha, gue jadi inget tragedi mengerikan yang dulu terjadi saat gue kelas 8 SMP, tepatnya Idul Adha tahun 2008.

Minta Tanda Tangan Dosen Tak Pernah Sekampret Ini

Hal paling menyebalkan setelah selesai sidang skripsi adalah kita masih kena revisi. Seharusnya, selesai sidang skripsi adalah sebuah kemerdekaan bagi mahasiswa, tapi ternyata kemerdekaan itu palsu. Sampai revisi kita selesai lalu lembar pengesahannya ditanda tangani oleh dosen penguji dan dosen pembimbing barulah kemerdekaan sesungguhnya muncul.
Di sinilah gue, di luar gedung fakultas bersama Mbak Rusna yang lagi sibuk menelpon. Salah satu dosen penguji kami berdua saat sidang skripsi kebetulan sama, yaitu Pak Dirman, dan kami berniat untuk mengumpulkan revisi skripsi kami ke beliau karena deadline mengumpulkan lembar pengesahannya… besok. Greget abis.

Mbak Rusna menutup panggilan teleponnya.

“Ada, mbak?” Tanya gue.

“Pak Dirman gak ke kampus hari ini, kita disuruh ke rumahnya.”

“Aku gak tau rumahnya. Mbak tau?”

“Tau daerah rumahnya doang, kita ke sana aja dulu. Ntar telpon lagi bapaknya minta petunjuk.”