A Great Story Comes With Great Stupidity : Hikayat Item, Si Kucing Kurang Ajar part 2

Hikayat Item, Si Kucing Kurang Ajar part 2

Baca cerita sebelumnya di sini

Senin
Pulang kuliah, tanpa ganti baju gue langsung ngantar item ke vet clinic. Masalah kembali muncul: Kita gak punya kandang kucing, sedangkan jarak rumah dengan vet itu… jauh. 40 menit lah kalo gak macet.

Ryan pun membawa kardus yang lumayan besar, Item dimasukkan ke dalam, bagian atas kardus diselotip. Jenius.

“Aman, nih?” Tanya gue, gak yakin.

“Kayaknya sih.” Ryan menggaruk dahinya. “Yuk.”

Gue menaiki motor gue, Ryan gue bonceng dengan membawa kotak berisi si item. Gue pacu motor gue lebih kencang dari biasanya. Sepuluh menit awal baik-baik aja, hingga di tengah jalan raya…

“YOG! ITEM BERONTAK!!!” Jerit Ryan di belakang.

Gue yang merasakan goncangan di belakang mulai memelankan laju motor dan mulai menepi. Pas mau berenti dengan entengnya Ryan bilang, “Udah tenang lagi, nih.”

“….”

Perjalanan dilanjutkan. Dengan fokus dan cekatan gue mulai menyalip motor, mobil dan pacar temen sendiri satu persatu.

“YOOOOG! KEPALANYA ITEM KELUAR DARI KARDUS!!!”

“SERIUS?!” Gue panik. “Masukin lagi! Elus! Jitak!”

“Gak bisa! Dia berontak!!!” Ryan masih berusaha menenangkan si Item.

Motor yang gue kendarai mulai bergerak gak beraturan. Pelan-pelan gue mengarahkan motor ke pinggir jalan, pas mau berenti, Ryan bilang, “Udah tenang nih, biarin aja kepalanya di luar sambil kuelus-elus.”

“….”

Jadilah kami, dua lelaki naik motor, berboncengan dengan membawa kotak yang ada kepala kucing nongol.

Perjalanan mulai aman terkendali. Hingga kami berhenti di lampu merah yang durasi waktunya 90 detik. Jika saat hari biasa aja gue ngerasa lampu merah ini lama banget, kali ini gue ngerasa lama banget bangsat!!!

Orang-orang yang lagi nunggu lampu merah mulai memperhatikan kami dengan tatapan heran. Gue berusaha stay cool. Membuat kesan bahwa naik motor, membonceng orang yang membawa kotak dengan kepala kucingnya nongol adalah hal wajar. Beberapa detik menjelang lampu hijau, si item mau lompat ke luar dari kotak.

“YOG!!! ITEM MAU LONCAT!!!”

“Paksa masuk kepalanya!!!”

“AAAAK AKU DICAKAR!!!”

TINNNN… TINNNN… TIIIIINNNNN….

Suara klakson saling bersahutan, tanda lampu hijau muncul. Gue segera tancap gas, karena vet yang kami tuju sudah dekat. Di belakang, gue dapat merasakan Ryan masih bertarung dengan Item, beberapa menit kemudian, masalah sudah teratasi.

“Item udah masuk ke dalam lagi. Ngebut!”

Gue tarik perlahan gas motor, laju motor mulai bertambah, item gak buat masalah lagi. Dia anteng di dalam kotak, hanya suara ngeong-ngeong yang terdengar lirih yang gue dengar. Beberapa meter lagi gue tiba di vet dan nyawa si item bakal terselamatkan!

Lagi anteng nyetir, Perlahan-lahan gue merasakan punggung gue mulai anget. Tapi angetnya beda, walaupun gue udah lama gak bonceng cewek dan gak dapet pelukan dari cewek yang gue bonceng, gue tau kalo anget yang gue rasakan ini beda. Ini terasa… asing.

Ryan jerit, “KAMPREEEETTTTT… SI ITEM KENCING!”

“Ya-yakin kencing?”

Be-berarti, anget yang di punggung gue ini… kencing si Item! BANGSAAAAAAT!!!

Gue menoleh ke belakang dan melihat Ryan mencium tangannya, “Iya, kencing nih. Bau pesing.”

UDAH TAU BAU KENAPA DICIUM?!

 “AAAAAAAAAAAAAAAKKKKK!!!” Kita jerit berdua.

*****

PETSHOP & VET CLINIC

Sampai di vet clinic, Ryan segera menurunkan kardus berisi si Item, lalu mengeluarkannya.

“Yakin nih masuk? Kucing kampung loh yang kita bawa.” Tanya gue ragu.

“Biar kucing kampung tapi ini sakitnya elit.”

Gue buka pintu, Ryan menenteng si Item, kami berdua pun masuk dan langsung disambut oleh dua orang mbak-mbak, satu bagian kasir untuk petshop, satunya semacam receptionist gitu. Karena Ryan sibuk bawa si Item, gue yang daftarin Item buat berobat.

“Selamat sore. Ada yang bisa dibantu?” Tanya si mbak, ramah.

“Uhmmm… ada dokternya, mbak? Mau ngobatin kucing saya.”

“Oh, ada.” Si mbak tadi mengeluarkan sebuah kertas formulir. “Saya data dulu, ya”

Gue mengangguk. “Iya.”

“Nama kucingnya?”

Oke, ini kucing kampung namanya gak boleh terdengar kampung, dan ‘Item’, adalah nama yang kampung banget. “Uhm… Blaszczykowsky.”

“Si-siapa?”

“Blaszczykowsky.”

“Gimana? Gimana?”

“Black, aja mbak.” Kata Ryan. Okey, Black terdengar lebih modern ketimbang Item.

“Oh, Oke. Black ini jenis kucing apa?”

JENG JENG JENG!

Pertanyaan sulit. Gue dan Ryan saling bertatapan,seperti udah saling mengerti, kami menatap mbak receptionist dan dengan mantap mengatakan, “kampung.”

“Oh lokal berarti ya?”

Okey, lokal terdengar lebih enak dibandingkan kampung. Si mbak tadi segera menuliskannya di formulirnya. “Sakitnya?”

“Kencing darah, mbak.”
“KE-KENCING DARAH?!” Si mbak tampak shock mendengar jawaban kami.

“Itu, bekasnya, mbak kalo gak percaya.” Gue menunjuk arah pintu masuk sampai meja receptionist ini yang berceceran pipisnya item. Udah macam ninggalin jejak di hutan biar gak tersesat.

“O…okey. Langsung bawa masuk ke dalam aja, mas.”

Kami berdua membawa Item masuk ke ruangan si dokter, mengikuti si mbak receptionist, sementara si mbak yang tadi jaga petshop langsung ngepel lantai. Item emang kurang ajar. Bikin kerjaan orang nambah aja.

Sampai di ruangan om dokter, si Item ditaruh di atas meja. Dia berusaha lari dan berontak. Kami elus-elus biar tenang. Sang dokter pun memakai sarung tangan karet dan mulai bertanya-tanya apa yang membuat seekor kucing kampung bisa sampai di hadapannya saat ini. Setelah bercerita panjang lebar soal kencing darah yang dialami si Item, sang dokter mengarahkan tangannya ke bagian bawah perut si item, seperti mencari sesuatu, si Item yang perutnya dipencet-pencet langsung nungging dan… CROOOOOOOTTTTT!!!

PIPIS DARAHNYA ITEM KELUAR DERES BANGET!!!

Sekarang gue udah bisa bayangin gimana kalo cowok bisa menstruisasi alias TITITNYA NGELUARIN DARAH! ASLI HOROR!

Setelah tuntas pipisnya, Item di berikan suntikan antibiotic.

“Ini ada infeksi di saluran kencingnya.” Kata si dokter sambil mengambil obat antibiotic buat item melalui suntikan. “Tapi belum parah. Untung cepat dibawa ke mari.”

“Gak perlu operasi, dok?” Tanya Ryan.

“Gak perlu, belum parah soalnya.”

“Kok bisa sih kucing kencing darah begini? Seumur-umur melihara kucing, baru ini punya kucing sakitnya begini, Dok.” Tanya gue.

“Bisa karena dia pipis sembarangan, lalu ada bakteri menempel di alat kelaminnya. Bisa juga karena dia suka nahan kencing, bisa juga karena dia sukanya makan ikan aja.” Terang si om dokter. “Emang biasa dikasih makan apa?”

Mendengar penjelasan si dokter, ternyata hasil googling yang gue dapatkan bener juga. Si item komplikasi dari overdosis protein, suka nahan kencing karena takut berantem sama kucing lain kalo di luar, dan suka pipis sembarangan di mana aja.

“Dia pilih-pilih makan, Dok. Cuma mau ikan layang sama ikan tongkol.”

“Waduh. High class juga seleranya.” Si dokter geleng-geleng. “Tapi dimasak kan? Gak mentah?”

Kami mengangguk.

Sang dokter pun memberikan sebotol obat antibiotic untuk diminumkan ke si Item 2 kali sehari selama seminggu.

Dalam perjalanan ke kasir, kami baru kepikiran hal yang bener-bener penting: gimana bawa si item pulang? Kardus yang dipakai sebelumnya udah gak layak pakai.

“Beli kandang?” gue menunjuk sebuah kandang kucing berukuran sedang yang ada di dalam toko.

Karena gak ada ide lain, terpaksa kami membeli kandang. Sampai di kasir, seperti layaknya pembeli pada umumnya, bagian paling gak enak adalah saat membayar.

Ongkos dokter dan antibiotic Rp 170.000
Beli kandang Rp 250.000

INI KENAPA HARGA KANDANGNYA LEBIH MAHAL DARIPADA ONGKOS BEROBATNYA?!!!

Fix, item emang kucing kurang ajar.
 
Pelajaran yang bisa dipetik:
1. Kucing kampung, oke lokal, kalo sakit ya bawa aja ke vet. Gak bakal diketawain, kok.
2. Sebelum memelihara kucing, pastikan kucing yang akan dipelihara gak kurang ajar.
3. Sayangilah hewan peliharaan anda, sekurang ajar apapun dia.

19 comments

asli.., ngakak baca postingan ini :)

Reply

Njirr bisa gitu yahh si item? Oke Blackzbsjwsjdndjski gue lupa namanya. Besok besok masukin dia ke TPQ aja biar gak karang ajar lagi.

Reply

serius bilang ke mbaknya namanya Blackzbsjwsjdndjski ?

Reply

komentar pertama di blog siluman capung baca dari postingan pertama sampai sekarang selalu ketawa kalo baca posting yoga meskipun dibaca ulang2

Reply

yang kemeja kotak2 biru itu siapa ?

Reply

gue juga bingung kenapa bisa sampe gitu si item, baru kali ini punya kucing sakit gitu :))

TPQ apaan? :|

Reply

yang baju kotak-kotak itu... manusia. Oke, itu dokternya.

Reply

ini komentar kedua, yang pertama yang atas.
thanks anyway sudah baca~ :)

Reply

dokternya cowok toh Kirain cewek

Reply

yog,udah liat troops baru the bowler di coc belum yog ?

Reply

kandangnya pake ac kali, makanya lbh mahal

Reply

wuanjirrrr, ane ngakak bacanya :D:D:D
tapi si item udah sehat belum ??

jangan lupa mampir

Reply

si itemnya udah sehat belom ?? GWS yah item :D

Reply

alhamdulillah, sudah sembuh :)

Reply

syukur nggak papa yog, kirain si item kena hernia. atau dia di kutuk oleh para senior kucing karena kalo makan pilih-pilih.

Anjir, harga kandang kucing bisa semahal itu ya. itu kalo di beliin es dawet bisa dipake mandi tuh.

Reply

Keren bang artikelnya hahaha mampir jyga di ericotheonaldo.blogspot.com

Reply

Keren bang artikelnya hahaha mampir jyga di ericotheonaldo.blogspot.com

Reply

Post a Comment

Terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca postingan gue. Gak perlu ninggalin link blog untuk dapet feedback, karena dari komentar kalian pasti dapet feedback yang sepadan kok.

Terima kasih!